Breaking News:

Berita Kriminal

Cincin, Kerangka Manusia hingga Pakaian Dalam, Pembunuhan Berantai Wonogiri Punya 8 Barang Bukti Ini

Polisi amankan 8 barang bukti pembunuhan berantai Wonogiri yang tewaskan Katiyani. Ada cincin, kerangka manusia, hingga pakaian dalam.

Editor: Suli Hanna
TribunSolo.com / Anang Ma'ruf
Barang bukti kasus pembunuhan berantai Wonogiri ditunjukkan dalam jumpa pers di MakoPolres Wonogiri, Sabtu (30/12/2023). 

TRIBUNTRENDS.COM - Sejumlah barang bukti kasus pembunuhan berantai di Wonogiri diamankan polisi.

Di antaranya ada kerangka manusia, cincin, hingga pakaian dalam.

Barang bukti tersebut pun menjadi petunjuk atas kasus pembunuhan berantai yang menewaskan Katiyani.

Kepolisian Wonogiri telah mengamankan 8 buah barang bukti dalam pembunuhan Katiyani pada tahun 2020 lalu.

Barang bukti tersebut diamankan dari sekitar lokasi penemuan tengkorak di sebuah lahan kosong Pemakaman Giriharjo RT 01, RW 01, Giriharjo Puhpelem, Wonogiri.

Tengkorak dan barang bukti itu ditemukan pada 16 Mei 2020 lalu.

Baca juga: INNALILLAHI Pasutri di Wonogiri Tewas Kecelakaan, Motor Tabrak Truk Parkir, Luka Berat di Kepala

Kapolda Jawa tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi menyebut sebanyak delapan barang bukti telah diamankan dalam kasus pembunuhan Katiyani.

"Diantaranya itu, jaket hoodie warna merah, baju hem warna hijau, celana jeans, sarung tangan warna ungu, pakaian dalam, satu buah anting, satu buah cincin dan kerangka manusia," terang Irjen Pol Ahmad Luthfi, Sabtu (30/12/2023).

Seluruh barang bukti itu ditemukan tepat di lokasi penemuan tengkorak Katiyani.

Baca juga: PILU Gadis di Wonogiri, Dirudapaksa 10 Kali oleh Ayah Tiri, Dilakukan Sejak 2021, Korban Diancam

Kapolda Jawa tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi saat menunjukan barang bukti, Sabtu (30/12/2023)
Kapolda Jawa tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi saat menunjukan barang bukti, Sabtu (30/12/2023) (TribunSolo.com/Anang Maruf Bagus Yuniar)

Ia menjelaskan bahwa Katiyani merupakan ibu rumah tangga dan sudah memiliki anak.

"Jadi Katiyani merupakan ibu rumah tangga di mana pelaku menginginkan uang dari pada milik Katiyani, dan akhirnya dibunuh dengan cara dicekik, dan kepala dibenturkan di lantai setelah itu meninggal," ucapnya.

Usai tidak bernafas, korban diletakan di tanah kosong, dan saat ditemukan korban sudah menjadi kerangka tengkorak.

Korban ditemukan pada 16 Mei 2020 disekitar pemakaman tersebut.

Katiyani dilaporkan menghilang selama kurang lebih empat bulan, dari bulan Februari 2020 hingga mei 2020.

"Usai di bunuh, pelaku merampas uang sejumlah uang milik Katiyani sebesar Rp 11.500.00 juta," tandasnya.*)

Korban Pembunuhan Berantai Wonogiri Sudah Setahun Hilang, Istri Ungkap Gelagat di Pertemuan Terakhir

Sunaryo korban pembunuhan berantai di Wonogiri sudah hilang sejak tahun 2022, istri masih ingat gelagatnya di pertemuan terakhir mereka.

Diberitakan sebelumnya, kasus pembunuhan berantai di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, Jawa Tengah tengah menjadi sorotan.

Pelaku bernama Sarmo, sedang salah satu korbannya bernama Sunaryo.

Sunaryo sudah setahun menghilang dan dicari keluarganya dari tahun 2022.

Kini akhirnya terungkap ia telah tewas setelah dibunuh oleh Sarmo.

Sunaryo, warga Kecamatan Jatipurno yang hilang sejak beberapa waktu lalu
Sunaryo, warga Kecamatan Jatipurno yang hilang sejak beberapa waktu lalu (Via Tribun Solo)

Sebelum menghilang, istri Sunaryo merasakan gelagat aneh dari suaminya.

Baca juga: Dua Tahun Tutupi Pembunuhan Berantai, Sarmo Kini Ditangkap, Jasad Korban Dikubur di Bawah Ranjang

Salah satunya terlihat gelisah dan tidak mau buka bersama keluarga.

Adik kandung Sunaryo, Hertanti menceritakan, jika istri Sunaryo sempat merasakan gelagat yang aneh dari Sunaryo.

"Dua hari sebelum hilang, gelagat sudah ada dirasakan sama istri mas Sunaryo, gelagat itu salah satunya tidak mau berbuka puasa bersama keluarga," ucap Hertanti, Minggu (10/12/2023).

Hilangnya Sunaryo seperti menjadi misteri di kala bulan Ramadan tahun 2022 lalu.

"Saat dilihat, mas Sunaryo itu seperti orang gelisah, tidak betah di rumah inginnya hanya keluar," paparnya.

Sosok Perhatian

Sosok Sunaryo korban pembunuhan berantai oleh Sarmo warga Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri dikenal baik di mata keluarga.

Diketahui, Sunaryo memiliki satu orang istri dan dua orang anak.

Selama hidupnya, dia dikenal seorang ayah yang suka menyenangkan keluarga.

Salah satunya sering mengajak jalan-jalan.

Baca juga: Motif Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Sarmo Bunuh 2 Temannya Pakai Racun, Dikubur di Bawah Dipan

Sunaryo juga sering mengenalkan rekan-rekannya ke sang Istri, termasuk pelaku Sarmo.

Adik Sunaryo, Hertanti mengatakan, sebenarnya Sunaryo ingin membantu Sarmo yang menggadaikan mobilnya.

Sebab, saat itu Sarmo mengaku membutuhkan uang dan mau menggadaikan mobilnya.

"Istrinya itu sempat cerita, Mas Sunaryo bilang kasihan dengan Sarmo, makanya Mas Sunaryo membantu Sarmo," ucap Hertanti kepada TribunSolo.com, Minggu (10/12/2023).

Namun, keluarga tidak menyangka, teman yang sempat dibantu perekonomiannya malah membunuh Sunaryo dengan racun.

Pria yang mempunyai bisnis makelar mobil itu juga terkenal baik di lingkungan kampungnya.

Tak sedikit orang kampungnya mengenal Sunaryo sebagai orang yang baik hati.

Pengakuan Sunaryo, Membunuh Pakai Es Teh Maut

Sarmo (35) seorang serial killer atau pembunuh berantai asal Kecamatan Girimarto, Wonogiri, mengaku menyesal dan takut usai menghabisi nyawa kedua korbannya dengan es teh yang dicampur apotas

"Yang namanya membunuh sudah pasti takut," ungkap Sarmo.

Mereka adalah Agung Santosa warga Kecamatan Trucuk, Klaten yang dilaporkan pada 2021 lalu dan Sunaryo warga Kelurahan/Kecamatan Jatipurno yang dilaporkan hilang pada tahun 2022.

Baca juga: KEJAMNYA Sarmo, Nekat Bunuh 2 Warga di Wonogiri, Korban Diracun Pakai Apotas, Terancam Pidana Mati

Kasus ini terungkap setelah ditemukannya kerangka manusia di dua lokasi berbeda di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto pada Kamis (7/12/2023). Belakangan diketahui, dua kerangka itu ternyata korban pembunuhan.

Kedua korban memiliki relasi yang berbeda denan tersangka. Agung adalah rekan bisnis, sementara Sunaryo penggadai mobil milik Sarmo.

Sosok Sarmo, Pembunuh Berantai di Wonogiri, Kubur Jasad Para Korbannya di Bawah Ranjang Tempat Tidur
Sosok Sarmo, Pembunuh Berantai di Wonogiri, Kubur Jasad Para Korbannya di Bawah Ranjang Tempat Tidur (Kolase Tribun Sumsel / Tribun Solo)

"Alasannya utang piutang sama bisnis kerja. Pakai apotas, dua-duanya. Dimasukkan ke esteh terus dikasihkan Pak Sunaryo. Pak Agung saya kasih botol aqua yang kecil," kata Sarmo, di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

Ia mengaku, dia ditekan oleh kedua korban. Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya.

"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu di pojokkan. Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi. Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.

"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.

Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung. Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.

"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya.

Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.

"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya.

Baca juga: Motif Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Sarmo Bunuh 2 Temannya Pakai Racun, Dikubur di Bawah Dipan

Sementara itu, dengan korban Sunaryo, Sarmo mengakui mempunyai urusan utang piutang. Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai sebesar Rp 48 juta.

Sarmo, pembunuh berantai di Wonogiri (berbaju orange), dihadirkan saat jumpa pers yang dilangsungkan di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
Sarmo, pembunuh berantai di Wonogiri (berbaju orange), dihadirkan saat jumpa pers yang dilangsungkan di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023). (Tribun Solo)

"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya. Telatnya dua bulan," jelasnya.

Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar. Menurutnya korban juga mengatainya kalau tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi.

"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo.

Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas. Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya.

Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu. Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo.

"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik. Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya.

Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti.

"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya. (Tribun Solo)

(TribunSolo.com/ Anang Maruf Bagus Yuniar, TribunSolo.com)

Diolah dari artikel TribunSolo.com (1) dan Tribun Solo

Sumber: Tribun Solo
Tags:
Wonogirikasus pembunuhan berantaiKatiyani
Berita Terkait
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved