Berita Viral
Suku Anak Dalam Dibohongi, Dimanfaatkan Penipu dengan Janji Palsu di Balik Penculikan Bilqis
Suku Anak Dalam curhat bahwa dirinya dan sang istri sama sekali tidak tahu bahwa Bilqis adalah korban penculikan.
Editor: jonisetiawan
Dalam kondisi seperti itu, Orang Rimba menjadi sangat rentan dimanfaatkan pihak luar.
Robert menyebut fenomena ini sebagai “crash landing sosial” keadaan di mana komunitas adat terhempas secara tiba-tiba ke dunia modern yang tidak mereka pahami sepenuhnya.
“Mereka bisa dengan mudah percaya pada bujukan atau cerita orang luar, tanpa mengerti konsekuensinya,” tambahnya.
Korban dari Sistem yang Tak Adil
Kasus Bilqis, menurut Warsi, harus dibaca sebagai cermin dari ketimpangan struktural yang lebih besar. Orang Rimba, yang selama ini hidup bergantung pada hutan, kini kehilangan ruang hidup dan arah.
Dalam situasi penuh keterasingan dan keterbatasan itu, mereka menjadi sasaran empuk bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Ada pihak yang memanfaatkan kerentanan mereka dengan narasi palsu, janji ekonomi, atau bujukan emosional.
Orang Rimba dijadikan alat dalam jejaring kejahatan yang mereka sendiri tidak pahami,” tegas Robert.
Baca juga: Keseharian Pelaku Penculik Bilqis Diungkap Tetangga, Pantas Warga Sekitar Tak Curiga, Rajin Ibadah
Ia menambahkan, penegakan hukum dan pemberitaan media seharusnya memperhatikan aspek perlindungan terhadap kelompok rentan, agar mereka tidak dijadikan kambing hitam atas persoalan sosial yang jauh lebih kompleks.
“Yang perlu diusut bukan hanya siapa yang membawa anak itu, tapi juga siapa yang memanfaatkan Orang Rimba dan menciptakan kondisi yang membuat mereka terjebak,” ujarnya.
Seruan untuk Pemulihan Sosial
Di balik kisah penyelamatan dramatis Bilqis yang sempat menolak dijemput karena mengira Orang Rimba adalah keluarganya terdapat pesan kemanusiaan yang kuat: komunitas adat seperti Orang Rimba tengah berjuang di antara perubahan zaman dan kehilangan ruang hidup mereka.
Robert Aritonang berharap, kasus Bilqis menjadi momentum penting untuk menatap akar masalah.
“Pemulihan bisa dimulai dengan memperluas akses terhadap pendidikan, layanan dasar, serta pengakuan hak atas wilayah hidup mereka,” katanya.
Tragedi ini bukan sekadar kisah tentang seorang anak yang diculik dan diselamatkan.
Ini adalah potret luka sosial bangsa, tentang bagaimana komunitas adat yang terpinggirkan sering kali menjadi korban dari sistem yang tidak berpihak dan bagaimana rasa iba, pemahaman, serta empati menjadi jembatan pertama menuju pemulihan.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunJambi)
| Bom Salah Sasaran: Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Ternyata Adik Kelas, Pelaku Bullying Selamat |
|
|---|
| 7 Bom Dirakit Sendiri! Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Belajar dari Darkweb, Niat Balas Dendam |
|
|---|
| Rantai Jual Beli Bilqis: Dilego Rp 80 Juta ke Pedalaman Jambi, Sindikat Jual 9 Bayi Via Sosmed |
|
|---|
| Tanpa Keluar Rumah Bisa Punya Foto Ulang Tahun Keren di Kafe, Pakai Prompt Gemini AI Ini |
|
|---|
| Edit Foto Biasa Jadi Bertema Ulang Tahun Mewah dengan Blazer dan Perhiasan, Pakai Prompt Gemini AI |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Suku-Anak-Dalam-buka-suara-soal-kasus-penculikan-Bilqis.jpg)