Sosok Teuku Faisal Fathani, Guru Besar UGM Dilantik Jadi Kepala BMKG, Gantikan Dwikorita Karnawati

Ringkasan Berita:

• Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani resmi dilantik sebagai Kepala BMKG menggantikan Prof. Dwikorita Karnawati.
• Ia merupakan Guru Besar dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).
• Sosoknya dikenal luas sebagai ahli kebencanaan dan teknologi geoteknik di Indonesia.

TRIBUNTRENDS.COM - Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani resmi dilantik sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menggantikan Prof. Dwikorita Karnawati. 

Ia merupakan Guru Besar dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah lama dikenal sebagai pakar di bidang kebencanaan dan teknologi geoteknik. 

Sosoknya juga dikenal luas karena kiprahnya dalam pengembangan sistem peringatan dini bencana serta kontribusinya terhadap mitigasi risiko kebencanaan di Indonesia.

Baca juga: Sosok Rizal Galih, Wisudawan S2 UGM Lulus Cumlaude, IPK Sempurna 4,00, Selesai Kurang dari 2 Tahun 

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, resmi dilantik sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggantikan Prof. Dwikorita Karnawati.

Penunjukan ini menjadi babak baru bagi BMKG dalam memperkuat perannya menghadapi tantangan perubahan iklim dan bencana alam yang semakin kompleks.

Keahlian Teuku Faisal Fathani

Selama lebih dari dua dekade, Faisal dikenal sebagai ahli kebencanaan dan teknologi geoteknik yang konsisten berkontribusi dalam pengembangan sistem peringatan dini longsor serta mitigasi bencana hidrometeorologi di Indonesia.

Dedikasinya di dunia riset membuatnya dipercaya memimpin lembaga strategis yang berperan langsung terhadap keselamatan publik.

Faisal menegaskan, jabatan sebagai Kepala BMKG bukan hanya posisi administratif, melainkan tanggung jawab ilmiah dan sosial untuk melindungi masyarakat dari ancaman alam yang kian tak terduga.

“Penunjukan sebagai Kepala BMKG bukan sekadar jabatan, tetapi panggilan untuk menjaga negeri dari ancaman yang tak kasat mata.

Seperti cuaca ekstrem, gempa bumi, tsunami, dan perubahan iklim yang semakin nyata,” ujarnya, dikutip dari laman UGM, Sabtu (8/11/2025).

Ingin BMKG Jadi Lembaga Aktif

Dalam arah kebijakan ke depan, Faisal menekankan pentingnya transformasi BMKG menjadi lembaga yang aktif, responsif, dan relevan terhadap dinamika perubahan iklim.

Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya dalam pengelolaan data, tetapi bagaimana mengubah data menjadi dasar tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Kita hidup di era yang penuh tantangan. Perubahan iklim mempercepat frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi, sementara masyarakat menuntut informasi yang cepat, akurat, dan mudah dipahami,” tutur Faisal.

Bagi Faisal, peningkatan komunikasi publik menjadi kunci utama agar pesan dan peringatan BMKG benar-benar sampai ke masyarakat, terutama di daerah rawan bencana.

Ia menilai, informasi yang tersampaikan dengan jelas dapat menyelamatkan banyak nyawa di situasi darurat.