Berita Viral
Pengakuan Mengejutkan RS: Kematian Ibu Hamil Karena Tekanan Keluarga yang Fokus Biaya
Pengakuan rumah sakit mengungkap tragedi kematian ibu hamil terjadi karena keluarga lebih memprioritaskan uang daripada keselamatan pasien.
Editor: Tim TribunTrends
"Saat sampai di rumah sakit, anak kami ditangani oleh sejumlah petugas. Namun, sekitar pukul 20.00 WIT, petugas memberi tahu kami bahwa tidak bisa melahirkan normal karena bayinya terlalu besar, sehingga disarankan untuk melakukan operasi," kata Abraham Kabey kepada wartawan saat ditemui pada Jumat (21/11/2025) siang.
"Kami sudah setuju untuk dilakukan tindakan operasi, tapi lagi-lagi pihak rumah sakit mengatakan bahwa tidak ada dokter kandungan, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain untuk tindakan operasi. Ini yang sangat kami sesalkan, kenapa sejak awal tidak memberi tahu kami bahwa tidak ada dokter? Kenapa pasien ditahan hingga malam baru dirujuk?" tutur dia.
Atas rujukan RSUD Yowari, pihak keluarga didampingi dua perawat membawa pasien Irene Sokoy ke Rumah Sakit Dian Harapan dengan maksud untuk mendapatkan layanan operasi.
Namun, harapan keluarga sirna karena pasien ditolak tanpa pemberitahuan kepada keluarga.
"Setelah mendapat rujukan, kami langsung bawa pasien ke RS Dian Harapan, namun sampai sana tidak diterima, sehingga kami putuskan untuk bawa ke RSUD Abepura, tapi sampai di sana sama juga. Anak kami tidak diterima tanpa alasan jelas," kata dia.
"Kami sempat ribut dengan petugas RSUD Abepura karena tidak melayani pasien, padahal kondisinya sudah kritis dan butuh penanganan cepat," ujar Abraham.
Dari RSUD Abepura, keluarga berencana membawa pasien ke RSUD Jayapura, tetapi dalam perjalanan diputuskan ke RS Bhayangkara karena kondisi pasien yang semakin menurun.
Namun, di RS Bhayangkara, Irene ditolak dengan alasan kamar sudah penuh.
Mereka diminta menempati ruang VIP.
"Karena ruangan sudah penuh, kami disarankan ke ruang VIP. Tapi dari petugas meminta kami untuk membayar DP Rp 4 juta dulu. Kami tidak keberatan dengan jumlah itu, tapi kami meminta agar pasien ditangani dulu karena kondisi pasien sudah darurat. Nanti kami bayar setelah anak kami ditangani. Tapi mereka malas tahu," ujar dia.
Hal yang sangat disesalkan pihak keluarga yakni tak ada petugas medis RS Bhayangkara yang datang melihat kondisi korban.
"Kami minta pasien ditolong dulu, jangan uang yang duluan, tapi mereka malas tahu. Bahkan mereka sama sekali tidak memegang atau memberikan pertolongan kepada pasien," ucapnya.
Kecewa dengan pelayanan RS Bhayangkara, keluarga pun membawa pasien untuk melanjutkan perjalanan ke RSUD Jayapura.
Namun, dalam perjalanan, sang anak meninggal dunia.
"Karena tak ada pelayanan yang diberikan, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke RSUD Jayapura, namun dalam perjalanan anak kami menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 4.30 WIT," katanya.
| Penemuan Dua Bukti oleh Penyidik Perkuat Tuduhan di Kasus Kematian Dosen Dwi |
|
|---|
| Rekan Kerja Dosen Untag Semarang Saksi Hubungan Terlarang Levi dengan AKBP Basuki Akui sebagai Pacar |
|
|---|
| Dosen Dwi Rela Hapus Nama dari KK Basuki, Hubungan 5 Tahun Barulah Terbongkar |
|
|---|
| Rekan Kerja Kenang Dwinanda Levi: Sopan Sekali, Rutin Mencium Tangan Senior |
|
|---|
| AKBP Basuki Sebut Levi Sebagai Pacar, Rekan Senior Kampus Sering Peringatkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Pengakuan-rumah-sakit-mengungkap-tragedi-kematian-ibu-hamil.jpg)