Berita Viral
Pengakuan Mengejutkan RS: Kematian Ibu Hamil Karena Tekanan Keluarga yang Fokus Biaya
Pengakuan rumah sakit mengungkap tragedi kematian ibu hamil terjadi karena keluarga lebih memprioritaskan uang daripada keselamatan pasien.
Editor: Tim TribunTrends
Pengakuan rumah sakit mengungkap tragedi kematian ibu hamil terjadi karena keluarga lebih memprioritaskan uang daripada keselamatan pasien.
TRIBUNTRENDS.COM - Tiga rumah sakit memberikan penjelasan terkait meninggalnya ibu hamil, Irene Sokoy, yang sempat menjadi sorotan publik karena diduga mengalami keterlambatan pelayanan medis di sejumlah fasilitas kesehatan di Kota dan Kabupaten Jayapura, Papua.
Direktur RSUD Yowari, Maryen Braweri, menjelaskan kronologi kejadian dan langkah-langkah yang diambil rumah sakit untuk menangani Irene dan bayinya.
Menurut Maryen, Irene dibawa oleh keluarganya ke RSUD Yowari pada Minggu (16/11/2025) sore dengan rencana persalinan normal.
Saat itu, pembukaan rahim Irene sudah mencapai lima, dan pada pukul 22.10 WIT, pembukaan sudah lengkap dengan bayi terlihat. Namun, kondisi jantung janin menurun sehingga dokter menyarankan tindakan operasi.
Sayangnya, dokter kandungan di RSUD Yowari sedang tidak berada di tempat karena mengikuti kegiatan di luar kota, sehingga rumah sakit memutuskan untuk merujuk pasien ke RS Dian Harapan.
Dalam proses rujukan, Irene didampingi oleh dua perawat dan keluarga menggunakan ambulans RSUD Yowari.
Namun, selama perjalanan, pihak RS Dian Harapan menginformasikan melalui telepon bahwa ruang untuk pasien BPJS Kesehatan kelas III sedang penuh dan dokter spesialis anestesi juga tidak tersedia.
Pasien Dialihkan ke RSUD Abepura
Kondisi ini membuat pasien harus dialihkan ke RSUD Abepura, yang dianggap lokasi lebih dekat.
Sesampainya di RSUD Abepura, Irene kembali ditolak karena ruang operasi sedang direnovasi. Pasien kemudian dibawa ke RS Bhayangkara dengan pertimbangan lokasi yang terdekat dan urgensi tindakan medis.
Baca juga: Innalillahi, MUA Sedang Hamil Meninggal Dalam Kecelakaan saat Mau Merias, Pengantin Syok
Namun, di RS Bhayangkara, ruang BPJS kelas III juga penuh, sementara ruang VIP tersedia dengan syarat uang muka sebesar Rp 4 juta. Keluarga Irene tidak membawa uang, sehingga tindakan medis pun tidak bisa segera dilakukan.
Sebagai solusi sementara, pasien dirujuk kembali ke RSUD Jayapura.
Dalam perjalanan menuju RSUD Jayapura, kondisi Irene memburuk; ia mengalami kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia sebelum sempat tiba di rumah sakit.
Maryen Braweri menegaskan bahwa pihak RSUD Yowari telah melakukan seluruh prosedur yang sesuai standar untuk menangani pasien, termasuk upaya koordinasi dengan rumah sakit lain, namun keterbatasan fasilitas dan kendala administratif menjadi faktor yang mempersulit penanganan.
Kasus ini kemudian menjadi sorotan publik karena menyoroti masalah ketersediaan fasilitas, koordinasi antar rumah sakit, serta urgensi penanganan ibu hamil di Papua, yang harus segera ditangani agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
“Kita sudah melaksanakan sesuai prosedur yang ada. Di sini memang hanya ada 1 dokter dan saat itu berada di luar kota, namun petugas kita terus berkoordinasi dengan dokter dalam menangani pasien hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit lain,” ucap dia.
| Penemuan Dua Bukti oleh Penyidik Perkuat Tuduhan di Kasus Kematian Dosen Dwi |
|
|---|
| Rekan Kerja Dosen Untag Semarang Saksi Hubungan Terlarang Levi dengan AKBP Basuki Akui sebagai Pacar |
|
|---|
| Dosen Dwi Rela Hapus Nama dari KK Basuki, Hubungan 5 Tahun Barulah Terbongkar |
|
|---|
| Rekan Kerja Kenang Dwinanda Levi: Sopan Sekali, Rutin Mencium Tangan Senior |
|
|---|
| AKBP Basuki Sebut Levi Sebagai Pacar, Rekan Senior Kampus Sering Peringatkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Pengakuan-rumah-sakit-mengungkap-tragedi-kematian-ibu-hamil.jpg)