Politik Viral
Purbaya Ajarkan Cara Baru Menangani Aduan Publik, Kasus Pegawai Nongkrong di Starbucks Jadi Bukti
Laporan publik soal oknum berseragam Bea Cukai yang diduga nongkrong di Starbucks bikin geger jagat maya, Purbaya turun tangan.
Editor: jonisetiawan
Artinya mereka nggak peduli, dianggapnya saya main-main,” ujarnya dengan nada kesal.
Namun, setelah fakta terbuka, Purbaya tidak berhenti di situ.
Baca juga: Di Balik Tegasnya Purbaya, Ada Pedagang yang Menangis Diam-Diam di Lapaknya: Kami Nggak Kuat
Ia menegaskan pentingnya laporan publik seperti ini untuk memperkuat budaya transparansi di instansinya.
“Ini lengkap tempatnya, alamatnya juga lengkap, jadi pasti bisa kita kejar,” jelasnya.
Baginya, laporan masyarakat adalah bentuk kepercayaan dan setiap laporan pantas mendapat tindak lanjut serius.
“Pegawai yang terbukti melanggar, langsung diberhentikan,” tegasnya.
Lebih dari Sekadar Kopi
Meski kasus “Starbucks” itu berakhir dengan klarifikasi, bagi Purbaya, maknanya jauh lebih besar.
Ini bukan soal nongkrong atau secangkir kopi, tapi soal kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan negara.
Di tengah era digital yang serba cepat, reputasi bisa rusak hanya karena satu laporan viral. Karena itu, Purbaya ingin memastikan Kemenkeu hadir dengan respons cepat dan jujur.
Kini, setelah semuanya jelas, Purbaya terlihat lebih tenang.
Ia ingin membuktikan bahwa Lapor Pak Purbaya bukan sekadar formalitas, tapi alat nyata untuk menjaga integritas.
“Bukan orang Bea Cukai ternyata,” ujarnya dengan nada ringan.
Namun di balik kalimat sederhana itu, tersimpan pesan tegas: setiap laporan akan ditelusuri, setiap kebenaran akan dicari bahkan jika tersembunyi di balik secangkir kopi.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari Kompas)
| Purbaya Ajarkan Cara Baru Menangani Aduan Publik, Kasus Pegawai Nongkrong di Starbucks Jadi Bukti |
|
|---|
| Hasil Investigasi Lapangan: Purbaya Bongkar Fakta Kasus Pegawai Bea Cukai Nongkrong di Starbucks |
|
|---|
| Menkeu yang Tak Punya Rem: Risiko Gaya Ceplas-ceplos Purbaya, Guru Besar UPI Beri Peringatan |
|
|---|
| Langkah Berani Purbaya Dinilai Salah Waktu, Ekonom Kritik Menkeu: Rp200 Triliun Tak Banyak Artinya! |
|
|---|
| Bara Panas Menkeu Purbaya vs Dedi Mulyadi, Dede Yusuf Turun Tangan: Sudahi Polemik Ini! |
|
|---|