Politik Viral
Menkeu yang Tak Punya Rem: Risiko Gaya Ceplas-ceplos Purbaya, Guru Besar UPI Beri Peringatan
Guru besar UPI kritik Menkeu Purbaya terkait gaya ceplas-ceplosnya, perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan efek samping di ranah politik.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa menjadi salah satu figur kabinet yang paling sering mencuri perhatian publik.
Gaya bicaranya yang lugas, berani, dan tanpa tedeng aling-aling menjadikannya sosok yang disorot di tengah dinamika pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Namun di balik gaya komunikasinya yang terbuka dan sering disebut “ceplas-ceplos”, muncul pula kekhawatiran dari sejumlah pihak yang menilai bahwa transparansi ekstrem seperti itu perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan efek samping di ranah politik maupun ekonomi.
Salah satu yang memberikan pandangan kritis adalah Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Karim Suryadi.
Ia menilai gaya komunikasi blak-blakan ala Purbaya membawa dua sisi mata uang: di satu sisi positif karena menghidupkan semangat transparansi, namun di sisi lain berpotensi mengguncang stabilitas pasar dan hubungan antarpejabat pemerintahan.
Baca juga: Ketika Menkeu Purbaya Dikatain Wendy Cagur Sombong saat Jadi Bintang Tamu di Lapor Pak Trans 7
“Keterbukaan yang Bisa Jadi Pedang Bermata Dua”
Menurut Prof. Karim, gaya kepemimpinan Purbaya yang berani mengungkap berbagai isu fiskal ke publik memang patut diapresiasi.
Banyak kalangan menilai sikap itu merepresentasikan kejujuran dan transparansi yang selama ini dirindukan masyarakat terhadap pejabat publik, khususnya di sektor keuangan negara.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa gaya komunikasi tersebut perlu disertai dengan kesadaran akan risiko yang bisa timbul.
“Sinyal disonansi bisa muncul dari keterbukaan, kejujuran, dan keberanian seorang Menteri Purbaya,” ujar Karim dalam wawancara dengan TV One, Minggu (26/10/2025).
Ia mencontohkan beberapa isu yang pernah dilontarkan Purbaya seperti pernyataannya soal Whoosh dan dana pemerintah daerah yang mengendap di bank yang sempat menimbulkan “riak-riak” politik dan ekonomi.
“Jangan sampai riak-riak itu justru mengganggu stabilitas pasar,” imbuhnya.
Karim menyebut, di sinilah Purbaya memerlukan “rem” terhadap gaya komunikasi “koboinya”.
Keterbukaan memang baik, tetapi bila disampaikan tanpa kendali bisa mengundang interpretasi liar yang memicu ketegangan di ruang publik.
Bagian dari Orkestrasi Pemerintahan Prabowo
| Langkah Berani Purbaya Dinilai Salah Waktu, Ekonom Kritik Menkeu: Rp200 Triliun Tak Banyak Artinya! |
|
|---|
| Bara Panas Menkeu Purbaya vs Dedi Mulyadi, Dede Yusuf Turun Tangan: Sudahi Polemik Ini! |
|
|---|
| Tawa Pecah di Kemenkeu! Purbaya Ngaku Kalah Canggih dari Anak Buah, Menkeu Dibuat Minder: Wah |
|
|---|
| Curhat Dedi Mulyadi Soal Susahnya Bertemu Purbaya: Ketemu Menkeu Tak Semudah Ketemu Pacar |
|
|---|
| Purbaya Harus Tahu! Ternyata Ini Alasan Pedagang Tolak Jual Produk Lokal: Modelnya Nggak Tren |
|
|---|