Breaking News:

Politik Viral

Curhat Dedi Mulyadi Soal Susahnya Bertemu Purbaya: Ketemu Menkeu Tak Semudah Ketemu Pacar

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi cerita susahnya bertemu Menkeu Purbaya di tengah polemik dana daerah yang mengendap hingga ratusan triliun rupiah.

Penulis: joisetiawan
Editor: jonisetiawan
KOMPAS.com/DINDA AULIA RAMADHANTY// FIKA NURUL ULYA
DEDI MULYADI PURBAYA - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi cerita susahnya bertemu Menkeu Purbaya di tengah polemik dana daerah yang mengendap hingga ratusan triliun rupiah. 

“Sehingga, Pemprov Jabar menjawab, telah membelanjakan uang tersebut dengan baik.

Dan seluruh jawaban tersebut nanti biar disampaikan BPK Jabar yang melakukan audit,” jelasnya.

Dedi menegaskan, pihaknya menunggu hasil audit resmi dari BPK Jawa Barat, yang dijadwalkan akan diumumkan pada 2 Januari 2026.

Ia berjanji akan menuntut keadilan fiskal apabila hasil audit membuktikan Jabar telah menggunakan anggaran sesuai aturan.

“Kalau daerah sudah belanja baik, tidak ada alasan untuk menunda pembayaran TKD-nya.

Dan kami juga sampai hari ini ada yang harus ditagihkan ke Kemenkeu, lebih dari Rp190 miliar, itu dana bagi hasil Pemprov Jawa Barat,” katanya tegas.

Baca juga: Jeritan Pedagang Kecil Gegara Kebijakan Baru Purbaya: Kalau Semua Dibilang Ilegal, Kami Makan Apa?

Kebingungan Soal Giro dan Deposito

Lebih lanjut, Dedi mengaku bingung dengan pernyataan Menkeu Purbaya terkait pengelolaan kas daerah. Ia merasa terdapat inkonsistensi dalam penilaian Kemenkeu terhadap cara pemerintah daerah menyimpan uangnya.

“Karena deposito dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan, makanya saya katakan bahwa kas Rp2,6 triliun Pemprov Jabar itu bukan di deposito tapi di giro.

Dan saat ini beliau ngomongnya beda lagi, ‘Rugi dong kalau disimpan di giro karena bunganya kecil, harusnya di deposito’,” tutur Dedi, dengan nada heran.

Pernyataan tersebut menyoroti dilema klasik antara prinsip kehati-hatian dan efisiensi keuangan daerah. Dedi menilai bahwa Pemprov Jabar sudah mengikuti ketentuan, namun justru tetap disalahpahami.

Sindir Tapi Diplomatis

Meski nada bicaranya ringan, analogi “seperti ketemu pacar” yang digunakan Dedi mencerminkan relasi rumit antara pemerintah daerah dan pusat.

Ia berusaha menjaga hubungan diplomatis, namun juga menegaskan posisi Jawa Barat yang siap memperjuangkan hak fiskalnya.

Dengan nada bercanda tapi penuh sindiran, Dedi seolah ingin mengatakan bahwa pertemuan dengan Menkeu bukan soal waktu semata, melainkan soal menyamakan persepsi tentang keuangan negara yang tertahan di bank-bank daerah.

Dan seperti kisah asmara yang menunggu waktu tepat untuk bertemu, Dedi tampak yakin pada akhirnya pertemuan itu akan terjadi, membawa kejelasan bagi miliaran rupiah dana daerah yang kini masih tertahan.

***

(TribunTrends/Jonisetiawan)

Halaman 2/2
Tags:
Dedi MulyadiPurbayaMenkeu
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved