Nasib 10.000 Karyawan Sritex yang akan Tutup 1 Maret 2025, Badai PHK: Bagaimana Gaji & Pesangonnya?
Nasib dan masa depan 10.000 karyawan kini disorot setelah Sritex resmi tutup pada 1 Maret 2025.
Editor: Dika Pradana
TRIBUNTRENDS.COM - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara mengalami pailit dan berencana akan tutup pada 1 Maret 2025.
Kabar ditutupnya Sritex ini tentu membuat publik geger lantaran terdapat ribuan karyawan yang selama ini menggantungkan hidupnya di pabrik tekstil tersebut.
Keputusan resmi penutupan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, yang akan terjadi pada 1 Maret 2025, membawa dampak yang sangat besar, tidak hanya bagi ribuan karyawan yang terdampak PHK, tetapi juga bagi industri tekstil Indonesia secara keseluruhan.
Perusahaan yang berpusat di Sukoharjo, Jawa Tengah ini pada akhirnya harus gulung tikar setelah mengalami sejumlah problematika internal.
Berdasarkan informasi yang diterima Tribunnews, jumlah karyawan Sritex Group yang terkena PHK sebanyak 10.669 orang.
Sebagai perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, Sritex telah menjadi simbol kekuatan industri tekstil nasional.
Penutupan pabrik ini menandakan berakhirnya salah satu babak penting dalam sejarah perekonomian Indonesia.
Hingga kini belum diketahui bagaimana nasib gaji dan pesangon dari ribuan karyawan setelah Sritex dinyatakan pailit dan tutup.
Sritex dan Dampak Pailitnya
Penutupan perusahaan ini tentu saja memberikan dampak yang luas, terutama bagi lebih dari 10.000 karyawan yang harus kehilangan pekerjaan mereka.
Hal ini mencerminkan kondisi yang semakin sulit dihadapi oleh sektor manufaktur di Indonesia, terutama industri tekstil yang dahulu menjadi salah satu pilar utama perekonomian.
Sejak Januari 2025, gelombang PHK telah terjadi, dengan banyak karyawan yang harus menghadapi kenyataan pahit ini.
Meski begitu, upaya serikat pekerja dan tim kurator untuk memastikan hak-hak karyawan tetap dipenuhi patut diapresiasi.
Misalnya, pengaturan pembayaran hak-hak pekerja, termasuk cuti yang belum digunakan, mencerminkan komitmen terhadap keadilan sosial meskipun dalam keadaan sulit.
Widada, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Sritex, menyatakan bahwa proses pendataan terus dilakukan untuk memastikan tidak ada karyawan yang terlewatkan dalam proses pemenuhan hak-haknya.
Ini menjadi langkah penting untuk menjaga kepercayaan dan memberikan rasa aman bagi mereka yang terdampak.
Kurangnya transparansi dalam proses PHK dapat memicu ketegangan lebih lanjut, tetapi langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa meskipun dalam kesulitan, perusahaan masih berusaha bertanggung jawab.
Perjalanan Panjang Sritex dalam Industri Tekstil
Sritex bukan hanya sekadar perusahaan tekstil. Didirikan oleh HM Lukminto pada tahun 1966, perusahaan ini berkembang pesat dari sebuah usaha kecil di Pasar Klewer Solo menjadi raksasa tekstil yang mendunia.
Tidak hanya sukses di pasar domestik, Sritex juga berhasil menembus pasar global dengan memproduksi seragam militer untuk NATO dan Angkatan Bersenjata Jerman, serta memenuhi permintaan dari berbagai merek fashion ternama seperti Guess dan H&M.
Momen bersejarah lain adalah saat Sritex berhasil bertahan melalui krisis moneter 1998, sebuah prestasi luar biasa yang menunjukkan ketangguhan perusahaan ini dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, Sritex juga menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi operasional maupun isu lingkungan.
Perusahaan sempat tersandung masalah limbah cair yang mengganggu lingkungan sekitar, yang menjadi pengingat akan pentingnya manajemen berkelanjutan dalam operasional perusahaan.
Meski demikian, Sritex terus memperluas jangkauan bisnisnya, dengan berinvestasi di sektor rayon dan tambang.
Namun, meski berbagai langkah diversifikasi telah diambil, perusahaan tetap tidak bisa menghindari kenyataan pahit kebangkrutan.
Kejatuhan Sritex dan Dampaknya bagi Indonesia
Kejatuhan Sritex merupakan pukulan telak bagi sektor industri manufaktur Indonesia.
Sritex, yang dulunya menjadi kebanggaan bangsa, kini harus menghadapi penutupan karena gagal memenuhi kewajiban keuangan terhadap krediturnya.
Keputusan pengadilan yang menyatakan Sritex pailit menandakan bahwa bahkan perusahaan besar sekalipun tidak kebal terhadap krisis finansial.
Dengan berakhirnya perjalanan Sritex, sebuah era dalam industri tekstil Indonesia juga berakhir.
Perjalanan panjang yang dimulai dari pasar tradisional hingga mendunia kini harus ditutup dengan pailitnya perusahaan tersebut.
Bagi ribuan pekerja yang terdampak, masa depan menjadi tanda tanya besar, sementara bagi dunia industri Indonesia, Sritex akan tetap dikenang sebagai salah satu raksasa yang pernah ada.
(TribunTrends.com/Kompas.com/Maya Citra Rosa)
Sumber: Kompas.com
| Perang Terbuka Purbaya Lawan Thrifting Ilegal, Penolak Kebijakan Jadi Target Pertama: Saya Tangkap! |
|
|---|
| Jawaban Jokowi Soal Rumah Pensiun di Colomadu, Tak Mau Menempati Meski Hampir Rampung, Kenapa? |
|
|---|
| Senjata Rahasia Purbaya Lawan Kritik, Pantas Musuh Tak Berani Melawan, Santai Dicap Bikin Gaduh |
|
|---|
| Di Balik Selimut Malam: 11 Pasangan Digerebek di Penginapan, Ditemukan Alat Tes Kehamilan & Pelumas |
|
|---|
| Sidang Korupsi Pertamina: Diduga Sewa Tanki BBM PT OTM Eks Dirut Karen Jadi Saksi,Ngaku Tak Terlibat |
|
|---|