Breaking News:

Berita Viral

Kasus 'Rahim Copot dalam Kresek': Kesaksian Dokter Christofani yang Sempat Diragukan

Masih hangat jadi perbincangan mengenai rahim copot, kini dokter Cristofani membenarkan kejadian yang diceritakan dokter Gia di podcast Raditya Dika.

Editor: Sinta Darmastri
TribunTrends.com/Tangkapan Layar Instagram @raditya_dika/@christoekapatria
Masih hangat jadi perbincangan mengenai rahim copot, kini dokter Cristofani membenarkan kejadian yang diceritakan dokter Gia di podcast Raditya Dika. 

"Dr. Gia lapor ke dr. Christo yang waktu itu adalah residen obgyn. Sepertinya karena dukun parajinya gak sabaran, placentanya ditarik, lalu entah dipotong/digunting tapi rahimnya ikut kepotong sebagian," tulis Monica.

Misi Penyelamatan Nyawa Pasien

Dalam kondisi kritis seperti itu, para dokter tidak membuang waktu untuk menanyakan detail kejadian atau bagaimana tepatnya rahim itu bisa terlepas. Prioritas utama adalah menghentikan pendarahan dan menyelamatkan nyawa pasien.

"Detail rahim itu copot atau digunting atau dikerowok atau gimana juga dokter udah gak nanya detail. Semua fokusnya gimana menyelamatkan nyawa pasien (bleeding control). Ada 3 residen obgyn yang turun di ruang OP, salah satunya dr. Christo."

Menariknya, sebuah kondisi medis tak terduga justru terjadi ketika dukun tersebut menarik rahim, yang secara kebetulan sempat menghambat pendarahan hebat. Ini adalah faktor yang membuat pasien tidak langsung meninggal di tempat.

"Ada sebuah kondisi medis juga yang terjadi waktu si dukun narik rahimnya yg kemudian justru menghambat pendarahan jd pasien gak langsung meninggal. Tapi itupun uda parah banget, mungkin telat beberapa menit udah lewat. Kuasa Tuhan sih ini," kata dia lagi.

Pasien saat itu sudah berada dalam kondisi syok berat dengan tekanan darah yang sangat rendah, 70/0. Untuk memasang infus, tim medis terpaksa menggunakan pembuluh darah besar di dekat leher (IV line di vena sentral) karena pembuluh darah di tangan (vena perifer) sudah kolaps dan tidak bisa diakses.

"Pasang IV line nya gimana klo tensi udah 70/0? Pasangnya di deket leher di pembuluh darah besar karena lewat tangan (vena perifer) udah gak bisa. Prosedur nya lebih kompleks tapi berarti passs rejeki ketemu nakes yang jago banget. Padahal itu kondisi jam 2 pagi loh, kebayang ya capeknya mereka waktu itu," jelasnya.

Mengapa Tidak Ada Jurnal atau Bukti?

Kasus yang fenomenal ini memunculkan pertanyaan, mengapa tidak dijadikan jurnal atau laporan medis? Jawaban dr. Christofani mencerminkan kerasnya kondisi kerja saat itu.

"Kata dr. Christo: “Cuy, dengan load pasien di RS Garut waktu itu, klo ada waktu mendingan gw pake buat tidur! Tiap hari kita baru bisa makan malem jam 3 pagi. Fokusnya cuma nyelamatin nyawa pasien, setelah stabil lalu pindah ke pasien lain”," ujarnya.

Mengenai dokumentasi rekam medis sebagai bukti, sistem di rumah sakit daerah 15 tahun lalu belum secanggih sekarang.

"SOP nya Rekam medis di RS tu dihancurkan setelah 5 tahun guys, apalagi klo RS daerah 15 tahun lalu pasti belum pake sistem canggih macam RS swasta jaksel. Kalaupun ada, rekam medis kan ga boleh sembarangan dibuka2," tulis Monica.

Pesan dari dr. Gia dan Profil dr. Christofani

Saat ini, dr. Christofani Ekapatria berpraktik di Siloam Karawaci dan juga mengajar sebagai dosen di UPH. Monica menegaskan bahwa kakaknya tidak memiliki kepentingan untuk mengarang cerita.

"FYI, dr. Christofani Ekapatria ini sekarang dokter Obgyn sub spesialis Fertilitas & endokrinologi di Siloam Karawaci, dosen juga di UPH, jadi gak ada untungnya juga ngarang cerita."

Sementara kontroversi ini berkembang, dr. Gia Pratama, yang awalnya memviralkan cerita ini, menunjukkan sikap lapang dada terhadap rekan-rekan sejawat yang sempat meragukannya.

"Yang terkasih, teman-teman. Semua yang sudah follow saya sejak lama pasti sangat mengerti bahwa saya sangat anti konflik. 'Kasian dokter Gia', 'pasti sakit hati, tersinggung', 'dipertanyakan, direndahkan, diremehkan.' Engga, teman-teman. Jangan pernah berpikir begitu yaa. Sungguh saya baik-baik saja."

Ia bahkan berterima kasih atas kegaduhan yang membuat banyak pihak sibuk mencari bukti dan menutup pernyataannya dengan bijak.

"Namun percayalah, Insyaallah saya akan istiqomah istighfar 100x perhari untuk meluaskan hati saya," tutup dr. Gia, seraya meminta warganet untuk tidak melontarkan kata-kata kasar kepada dokter-dokter yang menyinggungnya.

(TribunTrends.com/TribunBogor.com)

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 2/2
Tags:
dokter Gia Pratamadokter Christofanirahim
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved