Breaking News:

Berita Viral

Benarkah Kerusuhan Massal Kasus Ahmad Sahroni Cs Hanya Pion dalam Permainan Besar Disinformasi?

Peristiwa demo besar-besaran pada Agustus 2025 silam, membuat ahli strategi AI menguak dibaliknya, begini tanggapan Gusti Ayu Dewi mengenai itu.

Editor: Sinta Darmastri
Kolase TRIBUNNEWSHERUDIN/Instagram/@ahmadsahroni88
Peristiwa demo besar-besaran pada Agustus 2025 silam, membuat ahli strategi AI menguak dibaliknya, begini tanggapan Gusti Ayu Dewi mengenai itu. 

TRIBUNTRENDS.COM - Peristiwa kelam kerusuhan massal pada akhir Agustus 2025, yang menyisakan kerusakan fasilitas publik serta aksi penjarahan di sejumlah kota metropolitan, kini disorot tajam. 

Analisis mendalam menunjukkan bahwa huru-hara tersebut diduga kuat telah ditunggangi oleh kekuatan atau kelompok terorganisir, bukan murni gejolak spontan rakyat.

Dugaan serius ini diungkapkan secara terang-terangan oleh Gusti Ayu Dewi, seorang pakar yang memiliki latar belakang unik sebagai Grafolog, Pengamat Perilaku, sekaligus Ahli Strategi AI. 

Menurut pengakuannya, ia mulai mencermati pola pergerakan massa ini sejak demonstrasi awal yang ditujukan kepada Bupati Pati Sudewo terkait kenaikan pajak.

Meskipun mulanya tampak sebagai gelombang protes murni dari masyarakat, Dewi mencatat adanya perubahan drastis seiring waktu. 

Pola aksi mulai menunjukkan pergeseran, menyiratkan keberadaan pihak tak terlihat yang mengatur jalannya peristiwa dari balik layar. 

Fenomena inilah yang mengonfirmasi kecurigaan Dewi, yang lantas menegaskan:

"Di titik itu saya sadar, ini bukan lagi gerakan spontan rakyat, tapi sudah ada yang mengatur, membingkai, dan menunggangi," kata Dewi, Jumat (31/10/2025).

Baca juga: Sebut Dokter Ahmad Sahroni, Nafa Urbach Langsung Kena Kritik, Lita Gading Ini Pelajaran SMP

Perang Melawan Pikiran dan Persepsi

Menurut analisis Dewi, kekacauan yang terjadi bukan tanpa sebab. 

Kerusuhan dipicu oleh penggiringan opini publik secara masif melalui disinformasi yang dipadukan dengan pemanfaatan emosi sosial yang rentan. 

Taktik ini berhasil mengacaukan nalar (logika) masyarakat, membuat rakyat menjadi sasaran empuk untuk diadu domba dan pada akhirnya memicu bentrokan hingga penjarahan.

Ia mendefinisikan konflik ini sebagai jenis perang baru yang jauh lebih berbahaya dari senjata konvensional.

"Berbeda dari perang fisik yang menumpahkan darah, perang ini menyerang pikiran dan persepsi manusia, mengubah cara kita memaknai realitas," katanya.

Serangan ini licik, karena:

"Musuhnya tidak kelihatan, tapi dampaknya nyata. Rakyat diadu, dibakar emosinya, dijadikan pion dalam permainan besar," imbuhnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Tags:
Ahmad SahroniNafa UrbachUya KuyaEko Patrio
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved