Drama Keraton Surakarta
Alasan Respati Tak Ada di Upacara Kenaikan Tahta Pakubuwono XIV Purboyo, Ternyata Ada Agenda Penting
Ini alasan Wali Kota Solo Respati Ardi tak menghadiri di upacara kenaikan takhta Pakubuwono XIV Purboyo di Keraton Surakarta, ada agenda penting
Editor: Nafis Abdulhakim
Ringkasan Berita:
- Ini alasan Wali Kota Solo Respati Ardi tidak menghadiri upacara kenaikan takhta Pakubuwono XIV Purboyo di Keraton Surakarta.
- Ia absen karena memiliki agenda penting yang tidak bisa ditinggalkan.
- Meski begitu, Pemkot Solo tetap menghormati prosesi tersebut sebagai urusan internal keraton.
TRIBUNTRENDS.COM - Wali Kota Solo, Respati Ardi, kembali menegaskan bahwa Pemerintah Kota Solo tidak akan terlibat dalam dinamika internal Keraton Kasunanan Surakarta.
Sikap tersebut ia sampaikan di tengah memanasnya kembali konflik penobatan yang melibatkan dua kubu dan kembali menimbulkan ketegangan di lingkungan keraton.
Respati menjelaskan bahwa persoalan tersebut sepenuhnya merupakan urusan para kerabat dalem Keraton.
Baca juga: Pendapat Pemkot Soal Perebutan Takhta Raja Surakarta, Respati Sebut Publik Bingung: Dampak Sosial
Karena itu, Pemkot Solo memilih menghormati batas kewenangan dan tidak memberikan intervensi terhadap proses yang ia tegaskan sebagai ranah privat lembaga adat.
Meski demikian, ia tetap mengingatkan bahwa setiap keputusan yang diambil pihak keraton semestinya mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat Solo secara menyeluruh.
“Kami menyerahkan semua kepada Keraton Kasunanan. Itu ranah privat Keraton.
Keraton, Mangkunegaran, dan lembaga adat harus mengukur dampaknya bagi masyarakat,” ujarnya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (17/11/2025).
Saat memberikan pernyataan tersebut, Respati tampak mengenakan seragam Korpri, menunjukkan kesibukannya dengan agenda pemerintahan.
Ia kemudian kembali menegaskan bahwa Pemkot Solo tidak ada niat untuk ikut campur dalam bentuk apa pun.
Menurutnya, masih banyak persoalan kota yang harus ditangani sehingga pihaknya memilih berkonsentrasi pada berbagai program prioritas.
“Jangan (intervensi). Intinya, masih banyak yang harus kami selesaikan.
Saya berharap apa pun keputusannya, masyarakat bisa menilai dampaknya, baik bagi budaya, kelestarian, maupun wisata,” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Respati juga menyoroti kebingungan yang dirasakan masyarakat akibat kisruh yang terus terjadi di lingkungan keraton.
Ia menilai publik ingin mengetahui sejauh mana konflik tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan, pelestarian budaya, dan kehidupan sosial.
“Masyarakat bingung, masyarakat ingin tahu dampaknya bagi kesejahteraan, budaya, pelestarian.
Sumber: Tribun Solo
| Pendapat Pemkot Soal Perebutan Takhta Raja Surakarta, Respati Sebut Publik Bingung: Dampak Sosial |
|
|---|
| Perebutan Takhta Raja Keraton Surakarta, Pemkot Ogah Ikut Campur: Masyarakat Bisa Menilai Dampaknya |
|
|---|
| Mati-matian Bela PB XIV Purboyo, KGPA Benowo dan GKR Timoer Akhirnya Dianugerahi Gelar Tertinggi |
|
|---|
| Satu Kesalahan Mangkubumi dalam Polemik Tahta, GKR Timoer Elus Dada: Tidak Pintar dan Tak Bijaksana! |
|
|---|
| Hadiah Tahta dari PB XIV! Sinuhun Purboyo Langsung Naikkan Pangkat 5 Kerabat Dekat: Balas Jasa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Raja-Keraton-Kasunanan-Solo-yang-baru-SISKS-Pakubuwono-PB-XIV-Hamengkunegoro.jpg)