Drama Keraton Surakarta
Perebutan Takhta Raja Keraton Surakarta, Pemkot Ogah Ikut Campur: Masyarakat Bisa Menilai Dampaknya
Drama perebutan takhta di kerajaan Kasunanan Surakarta, pihak Pemerintah Kota Solo enggan ikut campur dan menyerahkan semua keputusan oleh keraton
Editor: Nafis Abdulhakim
Ringkasan Berita:
- Drama perebutan takhta di Keraton Kasunanan Surakarta kembali mencuri perhatian.
- Pemerintah Kota Solo memilih untuk tidak ikut campur dalam polemik tersebut.
- Semua keputusan sepenuhnya diserahkan kepada pihak keraton.
TRIBUNTRENDS.COM - Wali Kota Solo, Respati Ardi, menegaskan sikap tegas pemerintah kota untuk tidak ikut campur dalam dinamika internal Keraton Kasunanan Surakarta.
Pernyataan itu disampaikan di tengah memanasnya kembali konflik penobatan yang melibatkan dua pihak dan memunculkan ketegangan baru di lingkungan keraton.
Respati menilai bahwa urusan tersebut sepenuhnya berada dalam kewenangan para kerabat dalem Keraton.
Baca juga: Apa Itu Jumenengan? Tradisi di Keraton Surakarta setelah Susuhunan Pakubuwono XIII Meninggal Dunia
Karena itu, ia memilih menghormati batas kewenangan dan tidak melakukan campur tangan dalam proses yang ia sebut sebagai ranah privat lembaga adat tersebut.
Meski begitu, ia tetap mengingatkan agar setiap keputusan yang diambil mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat Solo secara keseluruhan.
“Kami menyerahkan semua kepada Keraton Kasunanan. Itu ranah privat Keraton.
Keraton, Mangkunegaran, dan lembaga adat harus mengukur dampaknya bagi masyarakat,” ujarnya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (17/11/2025).
Pada kesempatan itu, Respati tampak mengenakan seragam Korpri, menandai kesibukannya dengan agenda pemerintahan.
Ia menegaskan kembali bahwa Pemkot Solo tidak akan melakukan intervensi dalam bentuk apa pun.
Menurutnya, masih banyak urusan kota yang harus diselesaikan, sehingga pihaknya memilih fokus pada program-program prioritas.
“Jangan (intervensi). Intinya, masih banyak yang harus kami selesaikan.
Saya berharap apa pun keputusannya, masyarakat bisa menilai dampaknya, baik bagi budaya, kelestarian, maupun wisata,” terang Respati, menutup penjelasannya.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyampaikan bahwa masyarakat kini berada dalam situasi yang membingungkan akibat kekisruhan yang terjadi di lingkungan keraton.
Menurutnya, publik ingin memahami dampak dari kisruh tersebut, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan, budaya, serta upaya pelestarian.
“Masyarakat bingung, masyarakat ingin tahu dampaknya bagi kesejahteraan, budaya, pelestarian.
Sumber: Tribun Solo
| Mati-matian Bela PB XIV Purboyo, KGPA Benowo dan GKR Timoer Akhirnya Dianugerahi Gelar Tertinggi |
|
|---|
| Satu Kesalahan Mangkubumi dalam Polemik Tahta, GKR Timoer Elus Dada: Tidak Pintar dan Tak Bijaksana! |
|
|---|
| Hadiah Tahta dari PB XIV! Sinuhun Purboyo Langsung Naikkan Pangkat 5 Kerabat Dekat: Balas Jasa |
|
|---|
| Satu Alasan Hangabehi Tidak Bisa Jadi Raja, Adik PB XIII Jawab Jujur, Purbaya Pantas Naik Takhta? |
|
|---|
| Terungkap! Inilah Penerima Surat Wasiat PB XIII, Tak Sembarangan Dipilih, GKR Timoer Buka-bukaan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Purbaya-hangabehi-keraton-solo-surakarta.jpg)