Breaking News:

Drama Keraton Surakarta

Apa Itu Jumenengan? Tradisi di Keraton Surakarta setelah Susuhunan Pakubuwono XIII Meninggal Dunia

Apa itu Jumenengan? Tradisi yang dilakukan di Keraton Surakarta setelah Susuhunan Pakubuwono XIII meninggal dunia

TribunSolo.com/ Andreas Chris
PAKUBUWONO XIV HAMANGKUNEGORO - Apa itu Jumenengan? Tradisi yang dilakukan di Keraton Surakarta setelah Susuhunan Pakubuwono XIII meninggal dunia. Pakubuwono XIV Hamangkunegoro saat Jumengan di Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025). 

Ringkasan Berita:

TRIBUNTRENDS.COM - Dalam tradisi Keraton Surakarta, Jumenengan berasal dari kata dumeneng, yang bermakna “berdiri” atau “naik takhta.”

Prosesi ini bukan sekadar seremoni politik atau seremonial formal semata, melainkan upacara agung penuh makna yang menandai lahirnya seorang pemimpin tertinggi.

Seorang raja diangkat bukan hanya untuk memimpin pemerintahan adat, tetapi juga untuk menjaga kehidupan masyarakat dan menjaga keseimbangan alam semesta.

Ritual lengkap Jumenengan dikenal dengan nama Jumenengan Dalem Nata Binayangkare, sebuah prosesi sarat nilai spiritual dan simbolik.

Dikutip dari Kompas.tv, tradisi ini menempatkan seorang raja sebagai wakil Tuhan di bumi, sosok yang memikul tanggung jawab menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Baca juga: Masih Masa Berkabung, Sinuhun Pakubuwono XIV Tetap Gelar Jumenengan, Tedjowulan: Fokus Mendoakan

Karena itulah, Keraton Surakarta senantiasa menjaga tata cara adat yang ketat dalam penyelenggaraan upacara ini.

Rangkaian Jumenengan biasanya dimulai dari wilujengan, pembacaan sabda raja, hingga penobatan resmi yang dihadiri keluarga keraton dan para tamu kehormatan.

Berbagai kesenian tradisional seperti gamelan, tari bedhaya, hingga puspa warsa turut menyertai jalannya prosesi, menghadirkan suasana sakral yang telah diwariskan turun-temurun.

Sebelum rangkaian resmi Jumenengan berlangsung, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro atau Gusti Purboyo lebih dulu mendeklarasikan dirinya sebagai Pakubuwono XIV.

SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025).
SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025). (TRIBUNSOLO.COM/Andreas Chris)

Pengumuman tersebut disampaikan tepat menjelang pemberangkatan jenazah PB XIII ke Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri pada Rabu (5/11/2025).

Dalam pernyataannya, ia menegaskan:

“Atas perintah dan titah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, saya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, pada hari ini, Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, naik takhta menjadi Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIV.”

Pernyataan tersebut membuat suasana suksesi Keraton Kasunanan Solo kembali memanas.

Sebab, kini terdapat dua figur yang sama-sama mengklaim berhak menyandang gelar Pakubuwono (PB) XIV. 

Dua putra PB XIII, yakni KGPAA Gusti Purboyo dan KGPH Hangabehi, masing-masing menyatakan diri sebagai penerus sah takhta Keraton Surakarta.

Konflik ini mencuat setelah wafatnya Paku Buwono XIII pada Minggu (2/11/2025).

Alih-alih berjalan mulus, proses pergantian takhta kembali menimbulkan dualisme kepemimpinan sebuah situasi yang mengingatkan publik pada konflik tahun 2004, saat PB XII wafat dan dua kubu saling mengklaim diri sebagai raja yang sah.

(TribunTrends.com/TribunSolo)

Sumber: Tribun Solo
Tags:
Keraton SurakartaSri Susuhunan Pakubuwono XIIImeninggal dunia
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved