Drama Keraton Surakarta
Pendapat Pemkot Soal Perebutan Takhta Raja Surakarta, Respati Sebut Publik Bingung: Dampak Sosial
Ini pendapat pemerintah kota Solo soal perebutan takhta raja Surakarta, Respati Ardi menyebut masyarakat kini menjadi bingung dan soal dampak sosial
Editor: Nafis Abdulhakim
Ringkasan Berita:
- Ini pendapat Pemerintah Kota Solo terkait perebutan takhta raja Surakarta.
- Respati Ardi menyebut kondisi tersebut membuat masyarakat menjadi bingung.
- Ia juga menyinggung adanya dampak sosial yang muncul akibat polemik berkepanjangan ini.
TRIBUNTRENDS.COM - Wali Kota Solo, Respati Ardi, kembali menegaskan sikap pemerintah kota yang memilih untuk tidak terlibat dalam dinamika internal Keraton Kasunanan Surakarta.
Pernyataannya muncul di tengah memanasnya konflik penobatan yang kembali melibatkan dua kubu dan menimbulkan ketegangan baru di lingkungan keraton.
Menurut Respati, persoalan tersebut sepenuhnya berada di bawah kewenangan para kerabat dalem, sehingga pemerintah kota menghormati batas peran dan tidak akan mencampuri urusan yang ia nilai sebagai ranah privat lembaga adat.
Baca juga: Perebutan Takhta Raja Keraton Surakarta, Pemkot Ogah Ikut Campur: Masyarakat Bisa Menilai Dampaknya
Pasrahkan Keputusan ke Keraton
Meski demikian, ia tetap mengingatkan agar setiap langkah yang diambil pihak keraton mempertimbangkan konsekuensinya bagi masyarakat Solo secara luas.
“Kami menyerahkan semua kepada Keraton Kasunanan. Itu ranah privat Keraton.
Keraton, Mangkunegaran, dan lembaga adat harus mengukur dampaknya bagi masyarakat,” ujarnya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (17/11/2025).
Pada kesempatan itu, Respati tampak mengenakan seragam Korpri, menandai kesibukannya dengan agenda pemerintahan.
Respati kembali menegaskan bahwa Pemkot Solo tidak akan memberi intervensi dalam bentuk apa pun.
Singgung Dampaknya ke Sosial
Baginya, masih banyak program prioritas kota yang harus dikerjakan, sehingga pemerintah memilih tetap fokus pada tanggung jawab yang lebih mendesak.
“Jangan (intervensi). Intinya, masih banyak yang harus kami selesaikan.
Saya berharap apa pun keputusannya, masyarakat bisa menilai dampaknya, baik bagi budaya, kelestarian, maupun wisata,” terangnya.
Sehari setelahnya, Respati juga menjelaskan bahwa masyarakat ikut terdampak oleh situasi kisruh yang terjadi.
Ia menyebut masyarakat kini bingung dan ingin mengetahui sejauh mana konflik tersebut berpengaruh terhadap kesejahteraan, budaya, dan pelestarian nilai-nilai lokal.
“Masyarakat bingung, masyarakat ingin tahu dampaknya bagi kesejahteraan, budaya, pelestarian.
Itu yang dilihat masyarakat. Mohon mengedepankan dampak sosial,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Selasa (18/11/2025). Dalam pernyataan itu, ia kembali terlihat mengenakan seragam Korpri.
Respati Tak Hadir di Upacara Kenaikan Takhta
Sumber: Tribun Solo
| Mati-matian Bela PB XIV Purboyo, KGPA Benowo dan GKR Timoer Akhirnya Dianugerahi Gelar Tertinggi |
|
|---|
| Satu Kesalahan Mangkubumi dalam Polemik Tahta, GKR Timoer Elus Dada: Tidak Pintar dan Tak Bijaksana! |
|
|---|
| Hadiah Tahta dari PB XIV! Sinuhun Purboyo Langsung Naikkan Pangkat 5 Kerabat Dekat: Balas Jasa |
|
|---|
| Satu Alasan Hangabehi Tidak Bisa Jadi Raja, Adik PB XIII Jawab Jujur, Purbaya Pantas Naik Takhta? |
|
|---|
| Terungkap! Inilah Penerima Surat Wasiat PB XIII, Tak Sembarangan Dipilih, GKR Timoer Buka-bukaan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/WALI-KOTA-SOLO-Wali-Kota-Solo-Respati-Ardi-saat-ditemui-di-kantornya-Jumat-1992025.jpg)