Breaking News:

Drama Keraton Surakarta

Satu Alasan Hangabehi Tidak Bisa Jadi Raja, Adik PB XIII Jawab Jujur, Purbaya Pantas Naik Takhta?

Terungkap sudah alasan KGPH Hangabehi (Mangkubumi) tidak bisa menjadi raja, Benowo adik PB XIII buka-bukaan, Purbaya akhirnya naik tahta.

Editor: jonisetiawan
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
DRAMA KERATON SOLO - Putra tertua Pakubuwono XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi tidak bisa jadi raja, Benowo ungkap alasannya. 
Ringkasan Berita:
  • Penentu Takhta sepenuhnya Hak Raja Sebelumnya
  • KGPH Benowo menegaskan bahwa dalam sejarah Keraton Solo, raja tidak selalu merupakan anak laki-laki tertua
  • Keabsahan sebagai raja dinilai dari keberanian dan kesiapan bersumpah di atas Watu Gilang

 

TRIBUNTRENDS.COM - Dalam suasana sakral yang menyelimuti Keraton Solo, riuh prosesi Hajad Dalem Jumenengan masih terasa menggema.

Sabtu (15/11/2025) menjadi hari bersejarah ketika Gusti Purboyo resmi dinobatkan sebagai Pakubuwono XIVB.

Namun di balik kemegahan ritual dan tradisi turun-temurun itu, terselip kisah penuh tensi mengenai siapa yang seharusnya berhak atas takhta.

Di tengah perbincangan publik, satu suara muncul untuk memberi penjelasan: KGPH Benowo, adik dari almarhum PB XIII.

Baca juga: Hangabehi Harus Tahu! Putra Tertua Tak Otomatis Jadi Raja, Adik PB XIII: Contohnya PB X dan PB XII

Penjelasan Sang Adik Raja

Usai prosesi yang khidmat, Benowo mengungkapkan alasan mengapa putra tertua KGPH Hangabehi (Mangkubumi) tidak otomatis menjadi raja.

Menurutnya, dalam tradisi keraton, keputusan tertinggi sepenuhnya ada pada raja sebelumnya dan tidak ada pihak yang bisa ikut campur.

Ia menegaskan kembali prinsip dasar suksesi tersebut:

"Di depan tadi saya sudah bilang, dari dulu pasti ada cocok dan tidak cocok. Pasti ada tandingan-tandingan, apalagi dia (Hangabehi) merasa lebih tua.

Tapi lebih tua bukan berarti harus jadi raja. Contohnya bapak saya bukan yang tertua, anak bontot. Pakubuwono X juga, bukan yang tertua," ungkap Benowo.

DRAMA KERATON SURAKARTA - Benowo adik dari PB XIII buka suara soal alasan Hangabehi tidak jadi raja di Keraton Solo.
DRAMA KERATON SURAKARTA - Benowo adik dari PB XIII buka suara soal alasan Hangabehi tidak jadi raja di Keraton Solo. (Kolase TribunTrends/via Tribunnews)

Dalam bahasa sederhana, garis suksesi Keraton Solo tidak ditentukan oleh urutan kelahiran semata.

Keputusan ada di tangan sang raja dan hanya raja.

Ia melanjutkan dengan tegas:

"Jadi terserah bapaknya, yang dipilih itu aku (saja) tidak bisa membujuk. Kenapa yang dipilih itu, ya itu urusannya (raja sebelumnya) dengan Tuhan," tegasnya.

Baca juga: Tedjowulan Ditolak Mentah-mentah! Adik PB XIII Benowo Patahkan Klaim Ad Interim Raja: Ora Urusan

Sumpah Kehormatan yang Tidak Bisa Dipalsukan

Tidak berhenti di situ, Benowo juga menyinggung unsur paling sakral dalam penetapan raja: ikrar di atas Watu Gilang, batu peninggalan Majapahit yang selama ratusan tahun menjadi saksi pengukuhan raja Keraton Solo.

Ikrar tersebut bukan sekadar ritual, tetapi simbol keberanian dan legitimasi.

Ia menjelaskan dengan penuh kehati-hatian:

"Jadi begini, kemarin itu Sinuhun yang ini sudah mengirarkan diri menjadi pengganti Pakubuwono XIII. Di sini di watu Gilang, itu dibawa dari Majapahit.

Jadi kalau mengucap sumpah harus di atas itu, ini bukan main-main, saya nggak berani.

Dia menetapkan kembali, mengukuhkan kembali bahwa dia menggantikan ayahandanya sebagai Pakubuwono XIV di watu Gilang itu, bukan di tempat lain," kata Benowo.

Penjelasan itu menunjukkan bahwa proses penobatan bukan hanya administratif atau simbolis melainkan sebuah sumpah sakral yang menyangkut nyawa dan keberanian. 

Mereka yang berani berdiri di atas Watu Gilang menunjukkan komitmen penuh pada takhta dan leluhur.

Baca juga: Silakan Ambil Alih! Adik PB XIII Tak Gentar Isu Keraton Diambil Pemerintah: Memangnya Masih Kurang?

Takhta yang Dipilih, Bukan Direbut

Pernyataan Benowo memberi gambaran jelas bahwa dinamika suksesi di Keraton Solo tidak sesederhana garis keturunan.

Ada restu raja sebelumnya, ritual sakral, dan keberanian bersumpah yang menyatu dalam tradisi berusia ratusan tahun.

Dan pada hari itu, sejarah mencatat: Gusti Purboyo, yang berani mengikrarkan diri di atas Watu Gilang, berdiri sebagai Pakubuwono XIVB, penerus takhta yang sah.

***

(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunSolo)

Tags:
KGPH HangabehiPakubuwono XIIIPurbayaBenowo
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved