Berita Viral
Bilqis Trauma dan Kira Polisi Orang Jahat, Kisah Haru Penyelamatan di Tengah Hutan Jambi
Bilqis tampak trauma berat dan ketakutan usai diculik di taman Makassar, bahkan polisi yang datang untuk menolong sempat dikira penculik.
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- Bilqis ditemukan selamat di Desa Gading Jaya, Kabupaten Merangin, Jambi, berjarak sekitar 2.611 kilometer dari tempat ia menghilang
- Saat dijangkau, Bilqis tampak trauma berat dan ketakutan, bahkan sempat mengira polisi yang datang adalah penculik
- Hasil penyelidikan polisi mengungkap bahwa penculikan Bilqis terkait dengan sindikat perdagangan anak berskala besar, yang menjual anak-anak dengan harga puluhan juta rupiah
TRIBUNTRENDS.COM - Tangis haru pecah ketika kabar tentang penemuan Bilqis Ramadhany, bocah berusia empat tahun yang sempat hilang secara misterius, akhirnya sampai ke telinga publik.
Setelah sepekan penuh pencarian tanpa henti, anak kecil yang semula hanya bermain di taman dekat ayahnya itu, berhasil ditemukan dalam kondisi selamat jauh dari tempat asalnya, ribuan kilometer dari rumah.
Bilqis dilaporkan menghilang di Taman Pakui Sayang, Makassar, pada Minggu (2/11/2025). Namun laporan resmi ke pihak kepolisian baru dilakukan keesokan harinya, Senin (3/11/2025).
Tak ada yang menyangka, pencarian yang dimulai di sudut taman sederhana di Makassar itu akan berujung di sebuah desa terpencil di Jambi, setelah menempuh perjalanan lintas pulau sejauh lebih dari 2.600 kilometer.
Baca juga: Perjalanan Mencekam Bilqis: Dioper dari Pulau ke Pulau, Ditemukan di Tengah Hutan Jambi
Perjalanan Jauh Menembus Tiga Pulau
Penemuan Bilqis menjadi ujung dari drama panjang penculikan lintas wilayah.
Polisi akhirnya mengungkap bahwa kasus ini merupakan bagian dari jaringan perdagangan anak berskala besar, yang beroperasi dari Sulawesi hingga Sumatera.
Bilqis, murid TK PAUD yang masih polos dan ceria, ditemukan di Desa Gading Jaya, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi sekitar 528 kilometer dari Kota Jambi, ibu kota provinsi tersebut.
Jika dihitung dari titik awal di Makassar, jarak tempuh yang dilalui mencapai 2.611 kilometer lintasan yang luar biasa panjang bagi seorang anak kecil.
Perjalanan itu menyeberangi tiga pulau besar Indonesia: Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa, sebelum akhirnya berakhir di Sumatera bagian tengah.
Angka itu bukan sekadar hitungan jarak, melainkan gambaran getir tentang seberapa luas jaringan kejahatan ini bekerja, memindahkan anak kecil dari tangan ke tangan dalam sistem yang kejam dan nyaris tak terendus.
Ditemukan di Tempat Gelap dan Terpencil
Setelah dua hari pengejaran intensif, aparat gabungan akhirnya menemukan Bilqis di sebuah lokasi gelap dan tersembunyi di wilayah Tabir Selatan.
Ketika pertama kali dijangkau oleh tim penyelamat, Bilqis tampak ketakutan dan trauma berat.
Ia menangis, tak mengenali siapa pun di sekitarnya bahkan mengira para petugas polisi yang datang menyelamatkan adalah orang jahat yang ingin mencelakainya.
Untuk menenangkan suasana, petugas segera menghubungi orang tua Bilqis melalui sambungan video call.
Suara ibunya yang memanggil lembut membuat Bilqis perlahan menurunkan ketakutannya.
Tangisnya mulai mereda. Ia menatap layar, memastikan bahwa orang yang berbicara adalah benar-benar ibunya.
Hanya setelah itu ia mau mendekat dan mengikuti arahan petugas sebuah momen penuh haru yang menjadi titik balik penyelamatan dari tangan sindikat perdagangan manusia yang telah memperdagangkannya lintas pulau.
Awal Mula: Hilang di Tengah Keceriaan
Semua berawal begitu sederhana. Hari itu, Minggu (2/11/2025), Bilqis menemani ayahnya, Dwi Nurmas, yang sedang melatih di lapangan tenis di kawasan Taman Pakui Sayang, Makassar.
Di sela kesibukannya, sang ayah sempat melihat Bilqis bermain di pinggir lapangan.
Namun beberapa saat kemudian, anaknya sudah tidak tampak lagi.
“Sebelumnya masih bersama saya, tapi setelah izin mau main di sebelah, saya panggil lagi sudah tidak ada,” tutur Dwi dengan nada parau, mengenang momen yang mengubah hidupnya.
Baca juga: Honorer Teladan, Ternyata Terlibat Kasus Penculikan Bilqis, Warga Syok Adefrianto Bisa Seperti Itu
Sadar bahwa anaknya benar-benar hilang, Dwi bergegas mencari ke setiap sudut taman, memanggil nama Bilqis berulang kali, berharap ada jawaban kecil dari kejauhan. Namun hening.
Keesokan harinya, ia pun melapor ke Polsek Panakkukang, dengan perasaan campur aduk antara harap dan putus asa.
“Sudah empat hari anak saya hilang. Saya sudah melapor ke polisi dan dimintai keterangan,” ujarnya kemudian.
“Tidak ada masalah keluarga, jadi saya yakin ini bukan karena itu,” tegasnya.
Sejak itu, pencarian besar-besaran dilakukan.
Polisi, relawan, hingga warga sekitar bergotong royong menyebarkan foto dan informasi tentang Bilqis ke berbagai daerah.
Seruan Dwi kepada masyarakat untuk ikut membantu begitu menyayat hati:
“Kami mohon doa dan bantuan masyarakat, kalau ada yang melihat anak kami, segera laporkan atau hubungi kami.”
Jaringan Penculikan Lintas Pulau Terbongkar
Hasil penyelidikan polisi kemudian menguak fakta mengejutkan: kasus ini bukan penculikan tunggal.
Bilqis ternyata menjadi korban dari kelompok perdagangan anak lintas pulau, yang menjual anak-anak dengan nilai puluhan juta rupiah.
Beberapa pelaku berhasil diamankan, termasuk seorang oknum honorer yang dikenal sebagai warga teladan di lingkungannya membuat masyarakat syok dan tak percaya bahwa orang yang tampak baik bisa terlibat dalam jaringan sekejam itu.
Kisah penculikan ini menjadi cermin kelam betapa rentannya anak-anak terhadap kejahatan terorganisir, bahkan di tempat yang dianggap paling aman: taman kota, tempat bermain, dan lingkungan keluarga.
Bilqis Kembali, Tapi Luka Itu Masih Ada
Kini, Bilqis memang sudah kembali ke pelukan orang tuanya.
Namun bayang-bayang trauma masih terlihat jelas di matanya yang kecil seolah masih menyimpan ketakutan dari hari-hari gelap yang baru saja dilalui.
Meski demikian, kisah ini juga menjadi simbol harapan dan keajaiban: bahwa dalam gelap sekalipun, masih ada doa, keberanian, dan kerja keras yang sanggup membawa cahaya pulang.
Kasus Bilqis kini menjadi pengingat keras bagi semua orang tua: bahwa kejahatan terhadap anak tidak mengenal tempat, waktu, atau wajah pelaku.
Dan bagi aparat penegak hukum, kisah ini menjadi alarm agar pengawasan dan perlindungan terhadap anak di Indonesia ditingkatkan sebelum tragedi serupa kembali terjadi.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunMakassar)
| Bukan Sekali, Tapi Tiga Kali! Pelaku Ledakan SMAN 72 Diduga Targetkan 3 Tempat, Ini Kesaksian Korban |
|
|---|
| Misteri Tas Biru di Pagi Nahas: CCTV Ungkap Detik-detik FN Dibonceng Ayah Sebelum Ledakan SMAN 72 |
|
|---|
| Keseharian Pelaku Penculik Bilqis Diungkap Tetangga, Pantas Warga Sekitar Tak Curiga, Rajin Ibadah |
|
|---|
| Kondisi Bilqis saat Ditemukan di Tempat Gelap dan Terpencil, Sempat Kira Polisi Adalah Penculik |
|
|---|
| Momen Pertemuan Bilqis dengan Keluarganya, Ayah Nangis di Depan Polisi: Alhamdulillah Anakku Kembali |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Bilqis-tampak-trauma-berat-dan-ketakutan-usai-diculik-dan-dibawa-hingga-ke-Jambi.jpg)