Raja Keraton Solo Meninggal
Momen Haru Gusti Purbaya Naik Takhta Jadi Pakubuwono XIV di Depan Jenazah Sang Ayah PB XIII
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro atau Gusti Purbaya naik takhta jadi Pakubuwono XIV menggantikan ayah yang meninggal.
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- KGPAA Hamengkunegoro atau Gusti Purboyo, putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menyatakan diri sebagai Raja dengan gelar Paku Buwono XIV (PB XIV)
- Dalam prosesi adat, Gusti Purboyo membacakan sumpah kesanggupan menjadi raja dan memohon doa restu
- Maha Menteri KGPAA Tedjowulan meminta semua pihak tidak memperdebatkan suksesi PB XIV setidaknya hingga 40 hari ke depan
TRIBUNTRENDS.COM - Langit Surakarta tampak muram pagi itu. Di halaman Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, ratusan abdi dalem dan warga menundukkan kepala, suasana duka menyelimuti seluruh penjuru.
Jenazah Sinuhun Paku Buwono XIII, sang raja yang dihormati, bersiap diberangkatkan menuju Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Namun di tengah duka itu, sejarah mencatat momen baru yang tak kalah penting lahirnya raja baru di tengah kesedihan yang mendalam.
Baca juga: Sosok GKR Timoer Rumbai, Putri Sulung Pakubuwono XIII Ternyata Pernah Main Film Bareng Happy Asmara
Ikrar di Hadapan Jenazah Sang Raja
Putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro atau yang dikenal sebagai Gusti Purbaya, dengan suara bergetar namun tegas, berdiri di sisi jenazah ayahandanya.
Dengan penuh hormat, ia membacakan ikrar kesanggupan dirinya untuk melanjutkan takhta ayahanda sebagai Sinuhun Paku Buwono XIV.
“Atas perintah dan titah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, saya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, pada hari ini, Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, naik tahta menjadi Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIV,” tutur Gusti dalam bahasa Jawa halus, di hadapan keluarga besar, sentana dalem, serta ribuan rakyat yang hadir.
Momen itu menggetarkan banyak hati. Di tengah linangan air mata perpisahan dengan PB XIII, keraton juga menyambut kelahiran babak baru kekuasaan sumpah setia seorang anak di hadapan jasad ayahnya sendiri.
Adat dan Restu Keluarga: Sumpah yang Tak Melanggar Tradisi
Langkah Gusti Purboyo mendapat dukungan dari kakak tertuanya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbaikusuma Dewayani, yang menegaskan bahwa pengucapan ikrar di hadapan jenazah bukanlah pelanggaran adat, melainkan bentuk kesetiaan luhur.
“Apa yang dilakukan Adipati Anom, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, sesuai dengan adat Kasunanan. Dulu juga pernah terjadi pada era para leluhur.
Sumpah di hadapan jenazah ayahanda adalah simbol kesetiaan, bukan pelanggaran adat,” ujar GKR Timoer dengan nada teduh namun penuh keyakinan.
Ia menambahkan, pengucapan sumpah tersebut menjadi penanda agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan di tubuh Kasunanan.
“Segala prosesi adat dan tanggung jawab pemerintahan karaton tetap berjalan sebagaimana mestinya, di bawah pimpinan raja baru, Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIV,” tuturnya.
Baca juga: Tradisi vs Politik Internal: Siapa Pewaris Sah Pakubuwono XIII? KGPH Purboyo Belum Tentu Jadi Raja
Seruan Menjaga Kedamaian: Suksesi Bukan untuk Diperdebatkan
| Momen Haru Gusti Purbaya Naik Takhta Jadi Pakubuwono XIV di Depan Jenazah Sang Ayah PB XIII |
|
|---|
| Dua Putra Pakubuwono XIII Siap Berebut Tahta, Bayang-bayang Perpecahan Kembali Hantui Keraton Solo |
|
|---|
| Doakan Pakubuwono XIII, Gibran Disebut Keluarga Keraton: 'Beliau Bukan Tamu, Tapi Bagian dari Kami' |
|
|---|
| Doa Terakhir Jokowi untuk Pakubuwono XIII, Ayah Gibran Tundukkan Kepala di Depan Peti |
|
|---|
| Kereta Jenazah Berumur 100 Tahun Kembali Bergerak: Mengantar Pakubuwono XIII ke Peristirahatan Abadi |
|
|---|