Kunci Jawaban

Tips Memperbaiki Jurnal Pembelajaran yang Gagal Divalidasi pada PPG 2025, Unggah di Laman Ruang GTK

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GURU MENGAJAR - Berikut ini Cara Memperbaiki Jurnal Pembelajaran Gagal Divalidasi PPG 2025, unggah di Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)

Dari sisi manajemen kelas, penerapan kode etik juga membantu saya menegakkan aturan dan disiplin dengan cara yang bijak dan konsisten. Saya tidak lagi sekadar memberi hukuman, tapi lebih menekankan pada proses membangun kesadaran dan tanggung jawab. Hal ini membuat kelas jadi lebih tertib tanpa kehilangan rasa kebersamaan.

Hubungan baik dengan orang tua Peserta Didik

Saya juga semakin sadar bahwa hubungan baik dengan orang tua Peserta Didik adalah bagian dari etika profesi. Dengan menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka, saya merasa peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak semakin kuat. Kami jadi satu tim yang saling mendukung demi kebaikan anak-anak.

Menjalankan kode etik guru ada tantangan yang umum ditemui di lapangan.

  • Kurangnya pemahaman. Masih banyak rekan guru yang belum benar-benar memahami isi dan makna dari kode etik ini. Bisa jadi karena belum pernah mendapat pelatihan khusus atau sosialisasi yang memadai.
  • Penegakan yang masih lemah. Kadang ada pelanggaran, tapi tidak diikuti dengan tindakan atau sanksi yang jelas. Akhirnya, kode etik hanya jadi formalitas yang kurang terasa dampaknya. Ditambah lagi dengan
  • Perubahan lingkungan pendidikan yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi maupun kurikulum. Ini membuat guru harus terus belajar dan menyesuaikan diri, yang tentu tidak mudah bagi semua orang.

Namun di balik tantangan itu, saya juga melihat ada peluang besar dalam implementasi kode etik guru:

  • Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan semakin meningkat. Orang tua, masyarakat, bahkan Peserta Didik sendiri mulai memahami betapa pentingnya peran guru yang beretika.
  • Dukungan dari pemerintah juga makin terasa, melalui berbagai program peningkatan kompetensi dan penguatan karakter guru.
  • Organisasi profesi juga bisa jadi motor penggerak. Mereka punya peran besar dalam menyelenggarakan pelatihan, sosialisasi, bahkan advokasi terhadap guru. Kalau kolaborasi ini berjalan baik, saya percaya implementasi kode etik akan semakin kuat dan membudaya, bukan cuma jadi slogan semata.

Tindakan yang Dilakukan Untuk Menanamkan Kode Etik Dalam Proses Pembelajaran

Kode etik guru secara langsung memengaruhi berbagai aspek dalam proses pembelajaran. Dengan mematuhi kode etik, guru menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademik dan karakter peserta didik, yang dapat ditanamkan melalui tindakan berikut:

Aspek Deskripsi Contoh
Kualitas Pembelajaran Guru berusaha meningkatkan kompetensi profesional dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif. Guru mengikuti pelatihan, menyusun RPP yang terstruktur, dan menggunakan media pembelajaran yang menarik.
Hubungan dengan Peserta Didik Guru membangun hubungan yang saling percaya, menghargai, dan mendukung. Guru memberikan pujian, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendengarkan keluhan peserta didik.
Disiplin dan Tata Tertib Guru menegakkan disiplin secara adil dan konsisten. Guru memberikan sanksi yang sesuai jika peserta didik melanggar aturan, dan memberikan contoh perilaku yang baik.
Hubungan dengan Orang Tua Guru menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua. Guru mengadakan pertemuan orang tua, memberikan laporan perkembangan peserta didik, dan melibatkan orang
tua dalam kegiatan sekolah.

Tindakan yang saya lakukan Bersama rekan sejawat untuk menanamkan kode etik dalam pembelajaran:

1. Kegiatan Refleksi

Kami mulai dengan melakukan refleksi rutin terhadap praktik pembelajaran yang sudah dijalani. Tidak hanya soal materi yang disampaikan, tapi juga cara kita berkomunikasi dengan Peserta Didik, bagaimana kita memberi ruang untuk mereka berkembang, dan bagaimana kita memastikan proses belajar yang adil dan bermakna.

Refleksi ini bisa dibarengi dengan mengevaluasi hasil belajar Peserta Didik, misalnya lewat tes atau tugas proyek, untuk melihat sejauh mana mereka bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilannya secara nyata.

2. Kegiatan Kolaboratif

Mengembangkan program pembelajaran secara kolaboratif bersama rekan sejawat. Kami bisa duduk bersama, mendiskusikan apa yang sebenarnya ingin kita capai dalam pembelajaran, lalu menyusun langkah-langkahnya. Termasuk
juga melakukan analisis kebutuhan Peserta Didik dan kondisi sekolah agar program yang disusun benar-benar menjawab tantangan nyata di lapangan, bukan sekadar formalitas di atas kertas.

Melalui dua pendekatan ini, nilai-nilai kode etik seperti tanggung jawab, keadilan, dan profesionalisme bisa lebih terasa dan tertanam dalam praktik mengajar sehari-hari.

REFLEKSI

Setelah mempelajari materi tentang Kode Etik Guru, akhirnya membuka kesadaran saya bahwa menjadi guru bukan hanya soal bagaimana kita mengajar, tetapi juga bagaimana kita menjaga integritas dan menjadi teladan dalam setiap tindakan. Kode etik bukan sekadar aturan, tapi merupakan fondasi moral yang membentuk identitas dan arah sikap kita sebagai pendidik. 

Dari modul ini, saya terinspirasi untuk lebih melihat profesi guru sebagai bentuk pengabdian yang melibatkan hati, pikiran, dan nilai-nilai kemanusiaan. Saya merasa bahwa selama ini, mungkin tanpa disadari, ada sikap-sikap atau kebiasaan kecil yang luput dari perhatian, padahal sangat berkaitan dengan etika profesi, Untuk menjadi guru yang profesional saya akan membuat sebuah komitmen dalam memperhatikan kode etik guru.

Saya akan berhenti melakukan pembelajaran yang hanya fokus pada pencapaian akademik semata. Dulu, saya sering terpaku pada target kurikulum, sampai terkadang lupa bahwa peserta didik butuh perhatian, keadilan, dan rasa dihargai. Saya juga ingin berhenti membiarkan ketidakkonsistenan saya dalam menegakkan tata tertib, karena itu berdampak pada keteladanan saya sebagai guru. Mulai sekarang, saya ingin lebih sadar bahwa setiap tindakan saya punya dampak jangka panjang bagi peserta didik.

Saya akan mulai melakukan refleksi secara rutin, tidak hanya untuk mengevaluasi capaian peserta didik, tapi juga mengevaluasi sikap, cara komunikasi, dan kehadiran saya di kelas. Saya juga akan mulai lebih aktif membangun komunikasi dua arah dengan orang tua, karena saya sadar, pendidikan yang efektif tak bisa berjalan tanpa dukungan dan keterlibatan mereka. Bersama rekan sejawat, saya akan mulai menyusun program pembelajaran yang lebih kolaboratif, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Saya akan terus melakukan pembelajaran yang mengedepankan nilai empati, keadilan, dan profesionalisme. Saya ingin terus hadir secara utuh untuk peserta didik, baik dalam mendampingi proses belajarnya maupun membentuk
karakter mereka. Saya juga akan terus memperkaya diri dengan pelatihan dan diskusi dengan rekan sejawat, karena menjadi guru yang beretika adalah proses belajar yang tidak pernah selesai.

Karena bagi saya, menjadi guru bukan sekadar profesi, tapi panggilan untuk mendidik dengan hati, akal, dan etika.

DOKUMENTASI KEGIATAN

Sertakan sejumlah foto dokumentasi kegiatan.

UMPAN BALIK DARI REKAN SEJAWAT

Sertakan umpan balik dari rekan sejawat.

(TribunTrends.com/Tribunnews.com/Sri Juliati/Disempurnakan dengan bantuan AI)