Breaking News:

Berita Viral

Perilaku Aneh Pendaki Perempuan Sebelum Tragedi Gancet, Tawa Melengking dan Tangis di Pos 4

Terungkap kondisi pendaki perempuan sebelum ditemukan meninggal di gunung Jawa Barat, sempat tertawa dan menangis di pos 4.

Editor: jonisetiawan
Kolase TribunTrends/YouTube Denny Sumargo
PENDAKI MENINGGAL GANCET - Hiliatus Swada cerita kejadian pasangan meninggal gancet di sebuah gunung di Jawa Barat, dokter ungkap fakta soal hasil autopsi. 

TRIBUNTRENDS.COM - Suasana pegunungan Jawa Barat yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi mencekam. Di antara kabut dingin dan hembusan angin, sepasang pendaki muda ditemukan tak bernyawa dalam posisi mengenaskan di dalam tenda mereka.

Kisah ini viral di media sosial setelah seorang pendaki bernama Hilya mengungkapkan pengalamannya dalam podcast bersama Denny Sumargo.

Ia adalah saksi pertama yang menemukan tubuh kedua korban dan juga orang yang dimintai keterangan saat proses autopsi dilakukan di rumah sakit.

Baca juga: 10 Hari Tersesat di Gunung, Pendaki China Ini Bertahan Hidup dengan Makan Pasta Gigi

Pertemuan Terakhir Sebelum Tragedi

Hilya masih mengingat pertemuan terakhirnya dengan pasangan itu sebelum kejadian tragis. Saat itu, ia berpapasan dengan mereka di jalur menuju Pos 4.

Pendaki wanita terlihat sangat lelah, bahkan menangis meminta turun. Namun sang kekasih justru memaksanya untuk melanjutkan perjalanan.

“Ceweknya nangis, ‘aku mau turun’, tapi cowoknya kayak maksain. Bisa kok pelan-pelan,” kata Hilya.

Dari keterangan Hilya, pasangan tersebut masih sangat muda sang wanita lahir pada tahun 2001 dan pria pada tahun 2000.

Sang wanita bahkan sempat menunjukkan perilaku aneh di pos berikutnya.

“Dia ketawa melengking, kayak bukan dia. Kita pikir kesurupan, tapi aku coba tetap positif,” kenangnya.

PENDAKI MENINGGAL GANCET - Hiliatus Swada, saksi kejadian pasangan meninggal gancet di sebuah gunung di Jawa Barat tahun 2019 silam, hasil autopsi terungkap, dokter ungkap fakta.
PENDAKI MENINGGAL GANCET - Hiliatus Swada, saksi kejadian pasangan meninggal gancet di sebuah gunung di Jawa Barat tahun 2019 silam, hasil autopsi terungkap, dokter ungkap fakta. (Kolase TribunTrends/YouTube Denny Sumargo)

Malam Mencekam di Puncak

Setelah mendirikan tenda di area camp, sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan Hilya mendengar suara samar dari arah tenda pasangan itu.

“Temen gue bilang, ‘Eh lu denger nggak, suara-suara?’ Pas gue denger lagi, iya, tapi bukan suara horor kayak suara desahan,” ungkapnya.

Mereka memilih tak memedulikan suara itu dan mencoba tidur. Namun keesokan paginya, tenda itu tetap tertutup rapat hingga siang hari.

Merasa curiga, Hilya menggoyangkan tenda, memanggil, lalu membuka pintu tenda hanya untuk menemukan pemandangan mengerikan.

“Gue buka tendanya, gue kaget. Si cowok di bawah, ceweknya di atas, nggak pakai baju.

Badannya udah mulai hitam keunguan. Matanya melek, badannya kaku,” tutur Hilya dengan suara bergetar.

Evakuasi pun dilakukan oleh tim relawan dan ranger gunung. Tragedi memilukan ini diketahui terjadi pada tahun 2019.

Baca juga: Hasil Autopsi Pendaki Meninggal Gancet di Gunung Jawa Barat, Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan

Autopsi Membongkar Fakta Mengejutkan

Menurut Hilya, saat proses autopsi berlangsung, tim medis menemukan bahwa alat kelamin pasangan tersebut tidak bisa dipisahkan, bahkan setelah dibawa ke rumah sakit.

“Terus pas sampai di rumah sakit pun nggak bisa lepas, keduanya nggak bisa lepas. Itu dipotong, kemaluan laki-lakinya,” ungkap Hilya.

Hasil autopsi menunjukkan bahwa otot vagina korban perempuan mengalami kram hebat.

Akibatnya, alat kelamin pria yang masih berada di dalam tubuhnya ikut mengalami kejang dan pembengkakan, hingga akhirnya keduanya tak bisa terlepas.

“Secara medis, memang ada pembengkakan karena kemaluan perempuan kram. Posisi laki-laki di bawah, dan saat kram terjadi, organ intimnya ikut terjepit sehingga tak bisa dilepaskan,” jelas Hilya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kondisi tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah di area vagina, dan efek kejang itu menjalar hingga tubuh pria.

“Kenapa nggak bisa dilepas, karena kemaluan laki-lakinya ikut kram. Di rekam medis, memang karena si perempuannya ini,” paparnya.

Berawal dari kecurigaan warga melihat tenda kemah yang 'bergoyang-goyang' secara tak wajar, dua remaja di Malang, Jawa Timur panik kepergok mesum.
Ilustrasi sepasang pendaki muda dalam keadaan meninggal dunia di dalam tenda dalam posisi yang tak lazim dan sulit dipercaya saat mendaki di Gunung Jawa Barat. (Instagram)

Fenomena Langka: Gancet atau Penis Captivus

Kasus yang menimpa pasangan ini berkaitan dengan kondisi medis langka yang dikenal sebagai “gancet” atau dalam istilah medis penis captivus yakni ketika alat kelamin pria terjebak di dalam vagina akibat kontraksi otot yang ekstrem.

Dilansir dari Kompas dan Medical News Today, kontraksi berlebihan ini bisa terjadi karena faktor fisik, emosional, maupun psikologis.

Otot dasar panggul wanita berkontraksi kuat saat orgasme, dan jika tidak segera mengendur, penis akan terperangkap di dalam.

Dokter asal Inggris, Dr. John Dean, menjelaskan bahwa kontraksi berirama pada otot vagina bisa membuat organ pria sulit dikeluarkan.

Namun, ketika otot mengendur, keduanya biasanya bisa terpisah kembali.

Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh vaginismus, yaitu kejang otot panggul akibat stres atau trauma.

Meskipun jarang terjadi, fenomena ini dapat berakibat fatal jika korban panik atau memaksakan diri melepaskan organ tersebut. Solusinya adalah tetap tenang dan rileks agar otot bisa mengendur secara alami.

Peristiwa mengenaskan ini menjadi pengingat betapa tipisnya batas antara romansa dan maut.

Di balik kabut gunung yang indah, dua jiwa muda kehilangan nyawa dalam kondisi yang sulit dipercaya meninggalkan kisah tragis yang akan selalu dikenang para pendaki.

***

(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunJateng)

Tags:
pendakiJawa Baratgancet
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved