Jejak Gelap Cinta Terlarang Hilda Pricillya dan Pratu RH: Dari Chat WhatsApp ke Hotel Baruga

TRIBUNTRENDS.COM - Dunia militer kembali diterpa badai. Kasus dugaan perselingkuhan yang melibatkan anggota TNI kembali menjadi sorotan publik, kali ini menyeret nama Hilda Pricillya, istri dari Serka Muh Farid Batjo (MFB), serta Pratu Risal H (RH) prajurit muda yang diketahui merupakan junior dari sang suami.

Skandal ini mencuat dari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dan kini menjadi buah bibir di media sosial maupun di kalangan internal militer.

Isu tersebut bermula dari hubungan tak lazim yang tumbuh di tengah kegiatan gabungan antara prajurit TNI dan anggota Persit.

Dalam suasana kebersamaan itu, Hilda Pricillya dan Pratu RH mulai sering berinteraksi, baik secara langsung maupun melalui media sosial. 

Percakapan ringan di kolom komentar Instagram kemudian berkembang menjadi komunikasi pribadi di WhatsApp hingga berujung pada pertemuan yang lebih intim di sebuah hotel kawasan Kelurahan Baruga, Kendari.

Baca juga: Arogansi Berujung Bui: Oknum TNI Pemukul Karyawan Zaskia Adya Mecca Resmi Ditangkap

Menurut hasil pemeriksaan internal, hubungan layaknya suami istri itu diduga terjadi lebih dari sekali, bahkan disebut berlangsung secara rutin hampir setiap akhir pekan sejak Juli hingga September 2025.

Untuk menutupi jejaknya, Hilda kerap berpura-pura meminta izin keluar rumah dengan alasan berbelanja ke pasar.

Namun, di balik alasan sederhana itu, ia justru menemui sang prajurit muda di hotel yang sama.

 Awal Kecurigaan Sang Suami

Kisah ini mulai terkuak saat Serka Muh Farid Batjo melihat perubahan mencolok pada sikap istrinya.

Hilda yang sebelumnya hangat dan terbuka, tiba-tiba menjadi dingin, sering menghindar, dan enggan berkomunikasi.

Kecurigaan itu kian kuat ketika Hilda lebih sering sibuk dengan ponselnya dan tampak menyembunyikan sesuatu.

Hingga pada 21 September 2025, saat sang istri tengah mandi, Serka MFB memutuskan untuk memeriksa ponsel Hilda.

Di sanalah ia menemukan nomor asing yang ternyata milik Pratu RH.

Rasa kecewa dan amarah bercampur menjadi satu. Serka MFB langsung melakukan konfrontasi, lalu melaporkan temuan tersebut kepada komandan peleton, yang kemudian meneruskan kasus ini ke perwira intelijen dan komandan batalyon untuk penyelidikan lebih lanjut.

 Penyelidikan Denpom dan Langkah Tegas Militer

Kabar ini dengan cepat menyebar di lingkungan militer. Komandan Detasemen Polisi Militer (Denpom) XIV/3 Kendari, Letkol CPM Haryadi Budaya Pela, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dan tengah melakukan penyelidikan mendalam terkait dugaan pelanggaran kode etik militer tersebut.

Baca juga: Muncul Isu Briptu Rizka Selingkuh, Jadi Pemicu Pembunuhan Brigadir Esco? Kuasa Hukum Buka Suara

Menurut Haryadi, Pratu Risal H telah ditahan untuk menjalani proses hukum di lingkungan militer, sementara pemeriksaan terhadap Hilda Pricillya dan pihak terkait lainnya masih berlangsung.

Denpom memastikan penanganan perkara ini dilakukan secara profesional dan sesuai prosedur hukum militer yang berlaku.

“Kami menjamin proses ini berjalan objektif, transparan, dan tidak pandang bulu,” ujarnya menegaskan.

Sorotan Publik dan Citra Institusi

Kasus ini dengan cepat menyalakan api perdebatan di dunia maya. Foto-foto dan potongan informasi tentang Hilda Pricillya tersebar luas, memicu gelombang komentar dari warganet yang menilai bahwa skandal ini telah mencoreng nama baik TNI.

Banyak pihak menyerukan agar tindakan tegas diberikan, baik kepada prajurit yang terlibat maupun kepada pihak keluarga yang melanggar batas etika.

Tak sedikit pula yang menyoroti pentingnya pembinaan moral dan karakter di lingkungan militer, bukan hanya bagi prajurit aktif tetapi juga bagi keluarga mereka.

Militer, bagi publik, bukan sekadar institusi pertahanan negara, tetapi juga simbol kedisiplinan, kehormatan, dan integritas. Ketika nilai-nilai itu ternoda oleh kasus pribadi, citra institusi pun ikut tercoreng.

Pelajaran dari Skandal Kendari

Kasus ini menjadi pengingat bahwa di balik seragam dan pangkat, para prajurit tetap manusia biasa yang bisa tergelincir oleh godaan.

Namun, tanggung jawab moral dan disiplin militer menuntut standar yang jauh lebih tinggi.

Hingga kini, penyelidikan oleh Denpom XIV/3 Kendari masih berlanjut, dan publik menanti bagaimana institusi TNI menegakkan keadilan tanpa kompromi.

Bagi sebagian orang, kisah ini bukan sekadar drama rumah tangga melainkan ujian bagi marwah dan disiplin militer Indonesia.

***

(TribunTrends/Jonisetiawan)