Kematian Dosen Untag
Klarifikasi AKBP Basuki, Bantah Main Serong dengan Dwinanda Dosen Untag: Saya Sudah Tua
AKBP Basuki (56) akhirnya buka suara mengenai tewasnya Dwinanda Linchia Levi (DLL), 35 tahun dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang,
Penulis: joisetiawan
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- Kematian DLL penuh kejanggalan dan melibatkan seorang AKBP
- Korban dan AKBP Basuki ternyata satu KK tanpa sepengetahuan keluarga
- Keterangan AKBP Basuki berubah dan memunculkan kontradiksi
TRIBUNTRENDS.COM - Tragedi kematian seorang dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi (DLL), 35 tahun, kini menyeret perhatian publik.
Penemuan jasadnya di sebuah kamar hotel kawasan Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB, membuka rangkaian pertanyaan yang hingga kini belum menemukan jawaban.
Lebih rumit lagi, kasus ini berkaitan dengan seorang perwira polisi berpangkat AKBP, yang disebut sebagai saksi kunci sekaligus sosok yang ternyata memiliki hubungan administrasi keluarga dengan korban.
Baca juga: Dosen Untag Semarang Disebut Tewas Tak Wajar, Sosok AKBP Jadi Saksi Kunci, Kejadian Ini Janggal
Kronologi Penemuan: Tubuh Terbaring Tanpa Busana dan Sarat Kejanggalan
Pagi itu, suasana hotel mendadak berubah mencekam setelah laporan masuk mengenai seorang wanita ditemukan tidak bernyawa di kamar.
Korban adalah Dwinanda Linchia Levi, yang tewas dalam kondisi mengundang tanya.
Tubuhnya ditemukan telanjang, tergeletak di lantai kamar tanpa alas, dengan bercak darah di beberapa bagian tubuhnya.
Orang pertama yang melaporkan kejadian tersebut adalah AKBP B, anggota Direktorat Samapta Polda Jawa Tengah yang bertugas di bagian Pengendalian Massa (Dalmas). Justru dari sinilah rangkaian kejanggalan mulai terlihat.
Keluarga dikejutkan oleh temuan bahwa korban dan sang perwira polisi secara administratif ternyata berada dalam satu Kartu Keluarga (KK).
Kerabat korban, Tiwi, mengungkapkan kebingungan dan kecurigaan keluarga.
“Iya, korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara.
Kecurigaan muncul saat adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama kok sama, ternyata mereka satu KK, korban dimasukkan ke KK sebagai saudara,” ujarnya dilansir TribunTrends dari TribunJateng.com, Kamis (20/11/2025).
Tiwi mengaku selama ini korban tidak pernah bercerita tentang keberadaan polisi tersebut.
“Kami baru tahu tadi siang, hubungan korban dengan saksi pertama infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang, maka masuk KK-nya saksi pertama,” jelasnya.
Tak hanya itu, pihak keluarga juga mempertanyakan ketidakhadiran AKBP B saat proses autopsi berlangsung.
“Kalau namanya saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia tidak datang,” katanya.
Informasi Terlambat, Kondisi Jenazah Menambah Tanda Tanya
Keluarga juga menyoroti keterlambatan informasi mengenai kematian korban.
Korban ditemukan pada Senin pagi, namun keluarga baru menerima kabar pada Senin petang, rentang waktu yang dianggap tidak wajar.
Foto jenazah yang diterima keluarga turut memperkuat kecurigaan.
Wajah korban tampak sangat berbeda dari kondisi semasa hidupnya.
Baca juga: Dosen Untag Tewas Telanjang, Ternyata Satu KK dengan Polisi Penemu Jenazah, Keluarga Makin Curiga!
Selain darah yang keluar dari hidung dan mulut, keluarga juga melihat adanya bercak darah di area intim.
“Nah ini yang masih membuat keluarga korban merasa janggal atas kematian ini,” tutur Tiwi.
Saat ini keluarga masih menunggu keputusan bersama mengenai langkah hukum.
“Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi nanti keluarga besar terutama kakak kandung korban yang menentukan,” katanya.
Pengakuan AKBP Basuki: “Saya Hanya Mendampingi, Tidak Ada Hubungan Apa-apa”
Di sisi lain, pernyataan dari AKBP Basuki (56) yang disebut sebagai saksi pertama memunculkan cerita versi berbeda.
Dalam keterangannya, Rabu (19/11/2025), Basuki menyebut bahwa ia mendampingi Levi karena kondisi korban menurun sejak Minggu (16/11/2025).
Ia mengaku bahwa Levi memiliki riwayat tekanan darah dan gula darah tinggi. Basuki mengatakan korban sempat muntah-muntah pada Minggu sore.
“Saya antar ke rumah sakit dulu. Terakhir saya lihat, dia masih pakai kaus biru-kuning dan celana training,” tuturnya.
Keesokan harinya, Basuki mengaku terkejut ketika menemukan Levi dalam keadaan tanpa busana dan mengeluarkan darah dari hidung serta mulut, yang menurutnya merupakan reaksi tubuh menjelang kematian.
Ia menegaskan tidak ada hubungan romantis di antara mereka.
“Saya sudah tua. Tidak ada hubungan seperti yang orang pikirkan,” katanya.
Basuki juga mengungkap bahwa ia mengenal Levi karena rasa simpati setelah orangtua korban meninggal.
Bahkan ia mengklaim pernah membiayai proses wisuda doktor Levi.
***
(TribunTrends/Jonisetiawan)