Politik Viral
Panas! Purbaya Nilai Dana APBD di Giro Rugikan Daerah, Dedi Mulyadi: Masa Mau Disimpan di Kasur?
Jawab ucapan Menkeu Purbaya, Dedi Mulyadi menilai langkah penyimpanan dana daerah dalam bentuk giro justru merupakan pilihan yang paling aman.
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- Purbaya Kritik Dana APBD di Giro, Dinilai Rugikan Daerah
- Dedi Mulyadi Bela Langkah Pemda Simpan Dana di Giro
- Kas Pemprov Jabar Aman di BJB, Serapan Anggaran Tinggi
TRIBUNTRENDS.COM - Polemik soal pengelolaan dana pemerintah daerah kembali menyeruak ke permukaan. Kali ini, sorotan tajam datang dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang menilai praktik penyimpanan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam bentuk giro justru merugikan daerah itu sendiri.
Di tengah upaya pemerintah pusat mempercepat perputaran ekonomi daerah, pernyataan Purbaya seolah menjadi cambuk baru bagi kepala daerah.
Ia menyoroti kecenderungan sejumlah pemerintah daerah yang masih menempatkan dana kas mereka di rekening bank tanpa strategi yang dianggap produktif.
Menurut Purbaya, keputusan itu menghambat potensi keuntungan yang seharusnya bisa diperoleh daerah.
Dengan nada tegas, ia menyebut bunga giro yang lebih rendah membuat daerah “kehilangan potensi pendapatan” yang semestinya bisa digunakan untuk mendukung program pembangunan.
Baca juga: Purbaya Berani Lawan Mafia Impor, Satu per Satu Oknum Bea Cukai Disikat, Menteri UMKM Angkat Topi
Namun, yang membuat situasi ini menarik adalah inkonsistensi yang dirasakan publik.
Sebab, sebelumnya Purbaya pernah mengkritik daerah yang menyimpan dana dalam bentuk deposito, dengan alasan praktik itu mengendapkan anggaran dan hanya mengejar keuntungan finansial.
Kini, ketika dana disimpan dalam bentuk giro, hal itu pun kembali disorot.
Dedi Mulyadi Membalas: “Masa Pemerintah Daerah Nyimpen Uang di Kasur?”
Menanggapi kritik tersebut, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi langsung buka suara.
Ia menilai langkah penyimpanan dana daerah dalam bentuk giro justru merupakan pilihan yang paling aman dan transparan, meskipun bunganya memang tidak besar.
“Kalau hari ini nyimpen di giro dianggap rugi, ya barangkali tidak mungkin juga pemerintah daerah nyimpen uang di kasur atau lemari besi. Itu justru lebih rugi lagi,” kata Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (23/10/2025).
Pernyataan bernada sindiran itu menegaskan posisi Dedi yang berusaha menjaga prinsip kehati-hatian dalam mengelola uang rakyat.
Ia tak ingin kebijakan keuangan daerah justru menjadi bumerang karena tergesa-gesa dalam menyalurkan dana.
Strategi Bertahap Demi Akuntabilitas
Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa pilihan untuk menyimpan dana di giro bukan tanpa pertimbangan. Dalam praktiknya, sistem keuangan daerah memang tidak memungkinkan pembayaran proyek dilakukan sekaligus.
“Dalam praktik pengelolaan keuangan daerah, pembayaran proyek tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi mesti bertahap.
Sistem tersebut menjadi cara untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan proyek yang sedang berjalan agar bisa dipantau progresnya,” tuturnya.
Ia bahkan menyoroti risiko hukum yang bisa timbul jika dana dicairkan sekaligus tanpa mekanisme pengawasan.
“Kalau diberikan uang langsung, bagaimana kalau nanti uangnya diserap tapi pekerjaannya tidak ada? Ini akan menjadi masalah hukum bagi penyelenggara kegiatan seperti kepala PU,” tambahnya.
Baca juga: Data APBD Kacau! Purbaya Tegaskan BI yang Pegang Kebenaran, Dedi Mulyadi dan Bobby Nasution Protes
Deposito On Call: Fleksibel dan Menguntungkan Daerah
Meski menegaskan bahwa dana Pemprov Jabar sepenuhnya tersimpan dalam bentuk giro, Dedi juga mengakui bahwa sebagian daerah lain masih menggunakan deposito on call. Jenis deposito ini dinilai lebih fleksibel karena bisa dicairkan kapan saja tanpa melanggar aturan pengelolaan kas.
“Kemudian bunganya itu menjadi pendapatan lain-lain yang juga bisa menjadi modal pembangunan pemerintah daerah, tidak lari ke perorangan, kembali lagi ke kas daerah,” ucapnya.
Menurut Dedi, mekanisme ini justru memberikan tambahan pendapatan resmi bagi daerah, bukan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Kas Jabar di BJB dan Target Serapan Anggaran
Menegaskan transparansi pengelolaan keuangan, Dedi memastikan seluruh kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersimpan di Bank Jabar Banten (BJB) dalam bentuk giro.
Kebijakan ini, katanya, merupakan bentuk kehati-hatian agar seluruh kegiatan yang sedang berjalan bisa dibayar tepat waktu tanpa hambatan likuiditas.
Selain itu, Dedi bertekad untuk menekan saldo kas daerah Jawa Barat secara signifikan hingga akhir 2025, seiring dengan percepatan serapan anggaran.
Ia menuturkan bahwa langkah tersebut selaras dengan penilaian Kementerian Dalam Negeri, yang menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan tingkat serapan belanja dan pendapatan tertinggi di Indonesia.
“Kalau hari ini masih ada angka Rp 2,5 triliun, nanti di tanggal 30 Desember jumlah itu akan nyusut. Saya berharap saldonya bisa di bawah angka itu. Tidak di bawah Rp 50 miliar, tapi kalau bisa nol ya syukur,” ujar Dedi optimistis.
Antara Efisiensi dan Kehati-hatian
Pertarungan argumentasi antara Menkeu Purbaya dan Gubernur Dedi Mulyadi memperlihatkan dua sudut pandang yang sama-sama memiliki dasar kuat.
Di satu sisi, Kementerian Keuangan ingin melihat dana publik berputar lebih cepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun di sisi lain, kepala daerah seperti Dedi mengedepankan prinsip kehati-hatian agar uang rakyat tidak disalahgunakan dan proyek daerah tetap akuntabel.
Pertanyaannya kini: apakah perbedaan pandangan ini akan berujung pada kebijakan baru soal tata kelola kas daerah, atau justru membuka babak baru dalam hubungan pusat dan daerah dalam mengelola uang rakyat?
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari Kompas)
| Panas! Purbaya Nilai Dana APBD di Giro Rugikan Daerah, Dedi Mulyadi: Masa Mau Disimpan di Kasur? |
|
|---|
| Bukan Urusannya! Purbaya Lepas Tangan Soal Utang Kereta Cepat: Biar Mereka Selesaikan Sendiri |
|
|---|
| Purbaya Salah? Sisa Dana Pemda Jabar di Bank Akhirnya Terungkap, Dedi Mulyadi Bongkar Fakta |
|
|---|
| Menkeu Purbaya Ditegur Rieke Diah Pitaloka, Penagihan Pajak Pesantren Jadi Penyebab: Tolong! |
|
|---|
| Gegara Purbaya Tak Mau Bayar, Danantara Siap Terbang ke China, Negosiasi Ulang Utang Kereta Cepat |
|
|---|