“Itu sepertinya lebih masuk akal, meskipun biayanya tidak murah. Tapi tidak apa-apa. Yang penting masyarakat di atas bisa tercukupi air bersihnya,” tuturnya.
Sementara itu, Kalak BPBD Klaten Syahruna, memastikan dropping awal menjangkau empat desa, yakni Desa Kendalsari, Tlogowatu, Tegalmulyo, dan Sidorejo.
Air akan disalurkan ke bak penampungan umum dan tempat ibadah, tempat masyarakat biasa berkumpul dan bergantung.
“Kami fokus dulu di daerah atas,” jelas Syahruna.
“Karena daerah itu tinggi, hanya mengandalkan air hujan. Dan sekarang hampir masuk puncak kemarau," imbuhnya.
Meski baru empat desa yang mengajukan permintaan, BPBD tak mau hanya menunggu.
“Kami turunkan tim TRC untuk kaji cepat. Setelah laporan masuk, langsung kita rapatkan bersama OPD,” katanya.
Ia menambahkan, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, cakupan bantuan semakin berkurang karena beberapa wilayah sudah mendapat akses air bersih.
“Tahun ini perkiraan kita hanya 11 desa di 4 kecamatan yang terdampak,” ungkapnya.
Meski begitu, anggaran tetap disiapkan.
“Kita alokasikan hampir Rp500 juta untuk seribu tangki. Tapi bisa berubah tergantung kondisi di lapangan,” tutupnya.
Di tengah musim kering yang menggerus sumber air, Pemkab Klaten mencoba menjaga satu hal tetap mengalir kepedulian. (*)