Berita Kriminal

SOSOK Wahab, Guru yang Ajak Keluarga Bunuh Diri, Tega Tinggalkan 1 Putri Kembarnya Sebatang Kara

Editor: Monalisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wahab semasa hidup bersama istri dan kedua anaknya

Pesan tersebut berisikan wasiat untuk ARE.

“Kakak Jaga Diri
Papa, Mama, Adik pergi dulu
Nurut Uti, Kung, Tante dan Om
Belajar yang Baik
Uang Papa Mama untuk pemakaman jadi satu love you kakak – Papa,” tulisnya.

Sejauh ini, tim Inafis Polres Malang tengah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Sosok W

Iswahyudi mengaku selama ini W mengajar di salah satu SD Kecamatan Sukun.

"Kalau sehari-harinya, aktifnya kerja, pulangnya bisa sampai malam," ungkap Iswahyudi.

Karena aktivitas di sekolah itu, membuat W jarang bersosialisasi dengan warga setempat.

"Dulu, ngelesi (membuka les prifat)," katanya.

Rumah tempat W, istri dan anaknya meregang nyawa itu ternyata bukan rumah pribadi mereka.

Guru SD ini indekos di rumah itu lebih dari 7 tahun silam.

Wahab semasa hidup bersama istri dan kedua anaknya (ist)

"Mulai anaknya belum sekolah, dia sudah ngekos di sini," katanya.

Dijelaskan Iswahyudi, si kembar AKE dan kakaknya kini masih duduk di bangku SMP, hanya keduanya bersekolah di tempat berbeda.

Si kembar juga jarang ke luar rumah dan bergaul dengan warga setempat.

Sementara SL adalah ibu rumah tangga.

Lalu, bagaimana hubungan keluarga ini?

Sepengetahuan Iswahyudi, keluarga ini harmonis dan tidak ada masalah.

"Aman, gak ada masalah," tegasnya.

Kronologi Kejadian

Iswahyudi, Ketua RT 03/RW 10 Dusun Boro Bugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, menuturkan, warga mengetahui tragedi tersebut saat anak sulung korban, berteriak meminta tolong.

Sepertinya, permintaan tolong ini disampaikan anak tersebut atas perintah sang ayah yang saat ditemukan masih hidup.

Mendengar teriakan minta tolong dari dalam rumah, tetangga pun berdatangan.

Namun, warga sempat kesulitan masuk karena ternyata pintu dikunci dari dalam.

Akhirnya warga pun berhasil memasuki rumah tersebut dan mendapati korban di dalam kamar.

"Yang saya tahu, pak Wahab masih hidup saat ditemukan, terus dibawa ke rumah sakit.
Setengah jam kemudian, meninggal.

Kalau yang dua orang (istri dan anak), saya tidak tahu," kata Iswahyudi.

Dia menyampaikan pula, informasi yang dia dapatkan dari warga lain, keempat orang dalam keluarga itu tidur dalam satu kamar.

"Namun, satu anaknya diminta pindah tidur ke depan. jadi di kamar yang tidur 3 orang," lanjutnya.

Iswahyudi tak tahu persis apa yang memicu tragedi itu.

Apalagi, sebelumnya sama sekali tak ada tanda-tanda semacam keributan di rumah tersebut.

Sehari-hari, Wahab juga tampak lebih sibuk bekerja.

"Dia (Wahab) itu aktifnya bekerja. Jadi sampai malam.

Kadang ngelesi.

Setahu saya (keluarganya) aman, gak ada masalah," sambungnya.

Kata dia lagi, korban dan keluarganya sebenarnya bukan warga asli desa tersebut. Di rumah tersebut, mereka indekos.

"Mereka ngekos di rumah itu. Sudah 7 tahun. Mulai anaknya masih kecil belum sekolah, sampai SMP," lanjutnya.

Disclaimer: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Artikel ini diolah dari Sripoku.com