Sejak Rabu, RS Al-Shifa telah menjadi fokus serangan darat Israel.
Para militer Israel (IDF) terus menyisir RS Al-Shifa di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional mengenai nasib ratusan pasien dan ribuan warga sipil yang mencari perlindungan di sana.
Israel menuduh pejuang Hamas menggunakan kompleks terowongan di bawah rumah sakit untuk melancarkan serangan.
Namun klaim tersebut telah dibantah oleh Hamas dan direktur RS.
Baca juga: Termasuk 3 Bayi Prematur, Tercatat 40 Pasien Meninggal di RS Al-Shifa Gaza Akibat Dikepung Israel
Setelah melakukan penyerangan di RS Al-Shifa, IDF mengklaim telah menemukan sebuah kendaraan dengan sejumlah besar senjata, dan sebuah bangunan bawah tanah yang disebut terowongan Hamas.
Serangan IDF di RS Al-Shifa telah menghancurkan layanan medis di rumah sakit tersebut.
PBB memperkirakan 2.300 pasien, staf, dan warga sipil Palestina terdapat di dalam RS.
Dua hari setelah serangan Israel, staf Al-Shifa mengatakan seorang bayi prematur meninggal di rumah sakit.
Sementara pada hari-hari sebelumnya, 3 orang meninggal saat IDF mengepung RS Al-Shifa.
Direktur RS Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya mengatakan kompleks medis saat ini telah menjadi 'penjara besar' dan 'kuburan massal' bagi semua orang di dalamnya.
Pemadaman listrik dan habisnya pasokan makanan serta minuman juga menjadi salah satu penyebabnya.
“Kami tidak punya apa-apa, tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air. Setiap menit berlalu, kita kehilangan nyawa. Semalam, kami kehilangan 22 orang, dan selama tiga hari terakhir, rumah sakit dikepung,” kata Salmiya.
Baca juga: Tampung 500 Pasien, RS Indonesia di Gaza Stop Beroperasi Imbas Kewalahan, Tak Ada Ranjang Tersisa
Bahan Bakar yang Semakin Menipis
Sejak 7 Oktober, Israel melakukan blokade ketat dan melancarkan serangan di Gaza.
Pihak berwenang Palestina di Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak.