TRIBUNTRENDS.COM - Fakta baru mengemuka dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta.
Dwi Hartono alias DH, yang diduga menjadi otak utama kejahatan ini, ternyata tidak mengungkapkan rencana pembunuhan kepada para pelaku lapangan.
Hal ini diungkap langsung oleh salah satu tersangka penculikan, Eras alias RW, melalui kuasa hukumnya.
Menurut pengakuan Eras, dirinya dan tiga rekan lainnya AT, RS, dan RAH hanya diberi tugas untuk menculik korban, tanpa mengetahui bahwa Ilham akan dihabisi.
Bahkan, Eras baru mengetahui bahwa Ilham telah meninggal setelah ia diminta kembali oleh DH untuk “mengantar pulang” korban.
Baca juga: Pengusaha Motivator atau Dalang Pembunuhan? Dua Wajah Dwi Hartono, Tega Habisi Kacab Bank BUMN
“Adik kami, Eras ini diminta untuk menjemput paksa,” kata kuasa hukumnya, Adrianus Agal, Selasa (26/8/2025), seperti dikutip dari kanal YouTube WartaKota.
Ia juga menegaskan bahwa Eras dan kawan-kawan tidak terlibat dalam proses pembunuhan.
Dipanggil Lagi Setelah Tugas Selesai
Setelah menculik Ilham dari area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8/2025), keempat pelaku menyerahkan korban di wilayah Jakarta Timur atas perintah seseorang berinisial F.
Menurut Adrianus, “Setelah diserahkan keempat pelaku penjemputan paksa ini, mereka sudah selesai tugas, dan mereka pulang.”
Namun tak lama kemudian, mereka dihubungi lagi dan diminta untuk mengantar korban. Saat itulah, keempat penculik ini baru menyadari bahwa Ilham sudah tidak bernyawa.
“Mereka dipanggil lagi untuk mengantar pulang si korban. Nah, pada saat waktu ketemu lagi, di situlah bahwa mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi,” jelas Adrianus.
Meski merasa dibohongi dan berada di bawah tekanan, para pelaku tetap mengikuti perintah untuk membuang jasad korban.
Adrianus mengungkap bahwa sebagian pelaku menyampaikan ke keluarga mereka bahwa mereka hanya menjalankan perintah dan mengalami tekanan dari otak pelaku.
“Mereka juga dalam tekanan itu, dan mereka salah satu terduga penjemputan paksa ini menyampaikan ke keluarganya bahwa mereka memang baru diperintahkan untuk membuang jenazah,” tambahnya.