Nurhani mengaku tak kuasa menahan emosi lantaran Rauf meminta ponsel kepadanya. Tanpa berpikir, ia pun langsung memukuli Rauf hingga tak berdaya.
"Rauf saya sumpal mulutnya dengan boneka kecil milik adiknya, kemudian tangan Rauf diikat, kepalanya dibenturkan ke dinding dan kusen, lalu dipukul kepalanya menggunakan tongkat kayu, pipa paralon, dan bambu pagar," kata Nurhani.
Ia kemudian menyeret anaknya yang sudah tak berdaya ke belakang rumah dan menyusuri kebun. Tak lama datang adik Nuhani yang juga paman korban.
Ia kemudian membawa Rauf yang tak berdaya ke Sungai Bugis di Anjatan, Indramayu dan membuangnya ke sana.
Saat hendak dibuang ke sungai, kata Nurhani, anaknya terlihat masih hidup.
"Masih hidup saat diseret lewat belakang rumah sebelum dibawa pakai motor dan dibuang ke Sungai Bugis," ujarnya.
Sementara itu petugas kepolisian menemukan sejumlah bercak darah di ruang tamu kediamanan kakek Rauf.
Selain itu bercak darah juga ditemukan dipipa paralon, tongkat kayu, kusen, besi rel kereta berukuran panjang 20 sentimeter, dan gergaji kayu.
Darah juga terlihat pada sebilah kayu yang patah menjadi dua, pecahan genting, batu bata, dan dinding rumah.
Selain itu bercak darah juga ditemukan di halaman belakang rumah menuju kebun. Sehingga total ada 37 titik bercak darah di TKP.
Pilu Hidup Rauf, Minta-minta & Mencuri Demi Sesuap Nasi, Tewas Dibunuh Ibu, Dibuang saat Masih Napas
Pilu akhir kisah hidup Muhammad Rauf (13) yang ditemukan tewas.
Muhammad Rauf tewas dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri, Nurhani (40) di Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Semasa hidup, Muhammad Rauf juga memiliki kehidupan yang miris karena harus berusaha sendiri demi sesuap nasi.
Hidup Rauf harus berakhir tragis di tangan ibu kandungnya sendiri karena sering mendapatkan kekerasan fisik.