Berita Viral

'Sorry Rumahnya Jelek' Brigjen Yehu Merendah, Sosoknya Viral, Status Jenderal Tapi Hidup Sederhana

Editor: Galuh Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah sederhana milik Brigjen Yehu

"Saat kuliah di Jakarta, saya bekerja sampingan menjadi tukang ojek dari pukul 15.00 sampai pukul 21.00. Dari hasil ojek, saya mendapatkan tambahan pendapatan Rp 7.000 hingga Rp 12.000," kata Rochmat semasa hidupnya kepada Kompas.com, Rabu (22/11/2017) siang.

Pengalaman pahit itu yang membuat Rochmat berjuang tak hanya membiayai sekolah, tapi juga kebutuhan hidup anak-anak asuhnya.

Perjuangan yang dilakukan Rochmat itu berlangsung selama lebih dari 10 tahun.

"Kalau anak-anak mau sekolah sampai perguruan tinggi, ya saya siap tanggung biayanya. Dari mereka, kini ada yang sudah jadi polisi, guru, hingga pegawai bank," kata Rochmat, 

Namun, tentu saja keinginan tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan.

Apalagi gaji Rochmat per bulannya terbilang pas-pasan.

Baca juga: Viral Polisi Nyanyi Lagu Happy Birthday saat Tangkap Pencuri, Ungkap Alasan: DPO Ikut Tersenyum

Iptu Rochmat Tri Marwoto meninggal dunia (Instagram @polresmadiunofficial)

Dalam sebulan, rata-rata Rochmat harus mengeluarkan biaya Rp 8 juta untuk makan dan uang saku anak asuhnya.

Setiap harinya, Rochmat harus memasak delapan kilogram beras, belum termasuk lauk-pauk yang harus disediakan.

"Anak yang pernah makan satu rumah dengan saya ada 64 anak. Ada yang tinggal dua bulan, ada yang tujuh tahun," kata Rochmat

Untuk itulah, Rochmat bersama istrinya membuka aneka usaha.

Usaha yang dibuka yaitu perkebunan, toko kelontong, dan toko buah.

Rochmat bercerita, anak-anak yang diasuhnya dikenal saat dia mengisi kegiatan ekstrakurikuler sekolah di Madiun.

"Saya kenal mereka saat saya mengajar Paskibraka, OSIS, dan juga pramuka di sekolah-sekolah," kata Rochmat.

Dari mengajar di sekolah, lanjut Rochmat, dia banyak mengenal guru dan murid.

Di sekolah itu, dia banyak bertemu dengan anak yang kurang mampu dan anak yatim piatu yang tidak memiliki biaya untuk sekolah.

Rochmat mengaku bangga dan senang lantaran mendapat penghargaan dari Kapolda Jatim.

"Saya senang dan bangga. Ini merupakan penghargaan pertama saya dan ini merupakan tanggung jawab yang berat," jelas Rochmat.

Atas perjuangannya yang luar biasa, Rochmat mendapat penghargaan dari program televisi 'Kick Andy Heroes' di bidang sosial pendidikan.

Selain itu, Rochmat juga sering diundang wawancara di televisi.

Terakhir, tanggal 16 November 2017 bertepatan dengan Hari Brimob, Rochmat didaulat hadir pada acara 'Hitam Putih' di Trans TV.

Selain itu, Rochmat juga pernah mendapat penghargaan berupa pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) dari Kepala Polri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Selain menerima penghargaan, saat itu Brigpol Rochmat diundang makan siang bersama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Baca juga: SOSOK Kompol D, Polisi Berkarier Cemerlang Kini Hancur, Ketahuan Poligami, Gegara Istri Siri Ngaku

Brigadir Rochmat bersama istri dan anak asuhnya berfoto bersama usai mendapatkan piagam penghargaan. (KOMPAS.com/Dokumentasi Brigpol Rochmat)

Dibantu sang istri

Perjuangan keras Rochmat menghidupi 64 anak asuh, tak luput dari bantuan Helmiyah (38), istrinya.

Helmiyah mengaku bangga menjadi istri Rochmat karena suaminya merupakan sosok pria pekerja keras dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Hal tersebut terlihat saat pulang dinas, suaminya langsung pergi ke kebun untuk merawat tanaman jahe, cengkih, dan durian.

Uang dari penjualan hasil kebun milik Rochmat digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan anak asuhnya.

"Bapak itu pekerja keras. Setelah pulang kantor, Bapak tidak tidur, tetapi langsung ke kebun," ujar dia pada tahun 2017 .

Dia pun merasa tidak pernah terbebani karena harus mengurusi anak asuh yang ditampung oleh suaminya.

Dia mengaku senang rumahnya ada banyak anak-anak.

Untuk menampung anak-anak asuh, tiga kamar tidur khusus dipakai untuk tidur anak-anak perempuan.

Sementara anak-anak laki-laki tidur di toko buah. Di tahun 2017, di rumah pasangan suami istri itu terdapat 15 anak asuh.

Satu anak duduk di bangku TK, satu anak di SMP, tujuh anak di SMA, dan enam anak kuliah di STAIM Magetan.

Dalam sebulan, rata-rata ia harus mengeluarkan biaya Rp 8 juta untuk makan dan uang saku anak asuhnya.

Tak pelak, setiap hari dia harus memasak delapan kilogram beras.

Belum ditambah dengan lauk-pauk yang harus disediakan setiap hari.

Meski berstatus anak asuh, Helmi memperlakukan anak-anak asuh layaknya anak kandungnya sendiri.

Dia tidak pernah pilih kasih dalam memberikan perhatian.

Selama tinggal bersama anak asuh, Helmi mengaku lebih banyak sukanya dibandingkan dengan dukanya.

Dia lebih senang lantaran banyak anak-anak di rumahnya sehingga bisa saling bercerita dan berbagi.

(Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang sebelumnya di Kompas.com dengan judul '[EKSKLUSIF] Mengikuti Perjalanan Brigjen Yehu Wangsajaya ke Mabes Polri Tanpa Patwal'