Acil Bimbo Dimakamkan di Mana? Sang Musisi Tutup Usia karena Kanker di Umur 82 Tahun

Bagi Prof. Didi, karya-karya Bimbo bukan hanya musik penghibur telinga.

Ia menilai, ada ruh spiritual dan pesan moral yang menyusup dalam tiap bait lirik, menjadikan karya mereka sebagai medium dakwah yang menyentuh banyak hati.

“Melalui karyanya bersama Bimbo, beliau tidak hanya menghadirkan seni, tapi juga menyampaikan nilai agama dan pesan dakwah yang luar biasa. Karena itu, banyak lapisan masyarakat akan merasa kehilangan,” tambahnya.

Baca juga: Acil Bimbo Maestro Musik Religi Meninggal, Tangis Adhisty Zara Mengiringi Kepergian Sang Kakek

Sahabat Diskusi, Pemikir Bangsa

Kenangan akan Acil bukan hanya tersimpan dalam kaset dan rekaman musik lawas.

Bagi sebagian orang, termasuk Prof. Didi, Acil adalah rekan bicara yang selalu membawa diskusi ke dalam perenungan mendalam soal bangsa dan tanah kelahirannya.

“Beliau sering memikirkan masalah bangsa dan negara. Kami sering bertemu dan berbincang, dan saya sangat merasa kehilangan sahabat diskusi yang luar biasa,” kenangnya.

Kedekatan mereka bukan semata karena kesamaan darah Sunda, tapi karena mereka berbagi cinta yang sama: pada Indonesia, pada kebudayaan, dan pada generasi mendatang.

Selamat Jalan, Penjaga Nada dan Nurani

Maka saat itu pun tiba, iringan doa pun menggema tak henti.

Doa yang datang dari lubuk hati yang merasa kehilangan, namun juga mensyukuri bahwa pernah ada sosok seperti Acil Bimbo di bumi Nusantara.

“Mudah-mudahan beliau kembali ke hadirat Allah dalam keadaan husnul khatimah, mendapat tempat yang baik di sisi-Nya."

"Atas nama keluarga besar Sunda, kami menyampaikan duka cita yang mendalam."

"Selamat jalan sahabat, semoga peristirahatan terakhir mendapat nikmat kubur dari Allah subhanahu wa ta’ala,” ucap Prof. Didi menutup pernyataannya.

(TribunTrends.com/ TribunJabar.id/ Disempurnakan dengan bantuan AI)