Breaking News:

Sosok Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki yang Keluar Ruangan Saat Prabowo Pidato di KTT D-8

Berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah, Erdogan memulai kariernya dari bawah hingga kini tumbuh menjadi raksasa politik Turki.

Editor: Amir M
Instagram/@rterdogan
Sosok Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki yang Keluar Ruangan Saat Prabowo Pidato di KTT D-8 

Di masa kuliah Erdogan mulai aktif terjun ke politik. Dia terpilih sebagai ketua Partai Cabang Pemuda Beyoglu dan Cabang Pemuda Istanbul, pada 1976. Namun partai tersebut dibubarkan setelah kudeta militer 1980.

Setelah menyelesaikan pendidikannya dengan gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Marmara (1981), dia bekerja sebagai akuntan dan manajer di sektor swasta.

Namun pada 1983, Erdogan kembali ke politik melalui Partai Kesejahteraan, dan menjadi Bupati Beyoglu pada 1984.

Tahun berikutnya, ia terpilih sebagai kepala Provinsi Istanbul dan diangkat ke Dewan Eksekutif Pusat. Ditugaskan untuk meningkatkan jumlah pemilih, Erdogan mendapat apresiasi atas keberhasilan partai dalam pemilihan kota 1989.

Baca juga: Sosok Pinka Haprani Anak Puan Maharani yang Didoakan Berjodoh dengan Didit Prabowo Anak Prabowo

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada pers selama kunjungannya ke kota Diyarbakir, Turki tenggara yang paling terpukul, lima hari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah, pada 11 Februari 2023. Bencana dan kemarahan yang diakibatkannya tentang bagaimana pemerintah Turki menanganinya, datang hanya beberapa bulan sebelum pemilihan presiden pada bulan Juni. Erdogan mengakui untuk pertama kalinya pada 10 Februari 2023 bahwa pemerintahnya tidak dapat menjangkau dan membantu para korban
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada pers selama kunjungannya ke kota Diyarbakir, Turki tenggara yang paling terpukul, lima hari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah, pada 11 Februari 2023. Bencana dan kemarahan yang diakibatkannya tentang bagaimana pemerintah Turki menanganinya, datang hanya beberapa bulan sebelum pemilihan presiden pada bulan Juni. Erdogan mengakui untuk pertama kalinya pada 10 Februari 2023 bahwa pemerintahnya tidak dapat menjangkau dan membantu para korban "secepat yang kami inginkan". (ILYAS AKENGIN/AFP)

Wali Kota dan Penjara Istanbul

Pada 1994, Erdogan terpilih sebagai Wali Kota Istanbul. Sebagai muslim pertama yang menjabat dalam peran ini, ia menunjukkan komitmen keagamaannya dengan melarang alkohol dari kafe-kafe milik kota.

Dia juga berhasil mengatasi masalah kekurangan air di kota, mengurangi polusi dan meningkatkan infrastruktur, hingga membantu memodernisasi ibu kota negara.

Akan tetapi pada Desember 1997, Erdogan mendapat kecaman serius. Dia diketahui secara terbuka membacakan puisi yang berisi: "Masjid adalah barak kami, kubah helm kami, menara bayonet kami dan tentara kami yang setia."

Akibat insiden itu, dia didakwa karena melanggar hukum sekuler Turki dan dituduh menghasut kebencian agama. Erdogan pun dipaksa mundur sebagai walikota dan dilarang dari jabatan publik, serta akhirnya menjalani hukuman empat bulan penjara pada 1999.

Dari revolusioner ke otoriter

Setelah hukuman penjaranya selesai, Erdogan ikut mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada 2001.

AKP mengklaim kemenangan gemilang dalam pemilihan parlemen 2002, dan Erdogan segera mendapatkan kembali kekuasaannya secara resmi berkata mendemen konstitusi yang membatalkan larangan politiknya.

Dia menjadi perdana menteri Turki pada 9 Maret 2003, dan kemudian terpilih kembali untuk posisi itu dua kali lagi.

Sebagai perdana menteri, Erdogan secara nyata meningkatkan posisi ekonomi Turki. Pengendalian inflasi berhasil dilakukan, serta mendorong peningkatan investasi asing. Peningkatan pendapatan per kapita Turki pun terdongkrak dengan peringkat kredit yang menguat.

Di bawah pemerintahannya di masa ini, Erdogan juga membangun hubungan dekat dengan sekutu Barat.

Namun setelah tiga periode berkuasa sebagai Perdana Menteri Turki, Erdogan semakin dikenal sebagai pemimpin otoriter yang secara nyata meningkatkan kekuasaannya.

Pada 2013, ia memenjarakan beberapa pejabat militer senior seumur hidup karena merencanakan penggulingan AKP. Dia juga memerintahkan militer menindak demonstrasi damai di Taman Gezi Istanbul.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
Recep Tayyip ErdoganPrabowoTurki
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved