Sosok Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki yang Keluar Ruangan Saat Prabowo Pidato di KTT D-8
Berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah, Erdogan memulai kariernya dari bawah hingga kini tumbuh menjadi raksasa politik Turki.
Editor: Amir M
Tahun berikutnya, cengkraman Erdogan semakin kuat setelah pemerintahnya mengutuk penggunaan media sosial. Dia juga secara singkat memblokir akses Turki ke Twitter dan YouTube.
Kegagalan kudeta militer
Setelah mencapai batas masa jabatannya sebagai perdana menteri, Erdogan menjadi kandidat AKP dalam pemilihan presiden langsung pertama Turki, dan dilantik pada 28 Agustus 2014.
Meskipun perannya sebelumnya lebih bersifat seremonial, Erdogan menunjukkan niat mendirikan kekuatan baru sebagai presiden.
Akan tetapi pada malam 15 Juli 2016, kerusuhan memuncak dalam bentuk upaya kudeta militer. Erdogan yang sedang berlibur bersama keluarganya nyaris tertimpa masalah saat hotelnya digerebek.
Dalam bahaya, dia menggunakan aplikasi obrolan video FaceTime untuk memohon kepada orang-orang sebangsanya melawan unit militer yang membangkang.
Dengan dukungan pejabat kunci pemerintah dan tokoh berpengaruh, kudeta kemudian berhasil digagalkan dalam beberapa jam. Namun lebih dari 400 kematian dan 1.400 orang lainnya terluka.
Erdogan menyalahkan pemberontakan pada pengikut Fethullah Gulen, seorang ulama Turki yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat, dan menuntut agar ulama itu di ekstradisi.
Setelah insiden itu, pemerintah Turki memenjarakan ribuan personel militer, puluhan ribu polisi, hakim. Pegawai negeri dan guru juga ditangguhkan, ditahan, atau diselidiki.
Keadaan darurat nasional kemudian dideklarasikan. Langkah ini diyakini digunakan untuk menggulingkan musuh-musuhnya yang terkenal, sehingga melenggangkannya mengklaim lebih banyak kekuatan.
Kekhawatiran itu dikuatkan dengan disahkannya referendum konstitusional pada April 2017.
Aturan baru itu menghilangkan jabatan perdana menteri dan memberi presiden Turki kekuasaan eksekutif baru, termasuk kemampuan untuk menunjuk hakim dan pejabat.
Pemilihan Kembali
Setelah Erdogan menyerukan pemilihan awal pada 2018, partai-partai oposisi melakukan perlawanan penuh semangat dalam upaya untuk menghentikan konsolidasi kekuasaannya.
Namun, petahana memperoleh 53 persen suara yang dilaporkan dalam pemilihan 24 Juni, dan cukup untuk menghindari putaran kedua dengan runner-up, Muharrem Ince.
Sementara AKP-nya memperoleh kurang dari 50 persen suara parlemen, beraliansi dengan Partai Gerakan Nasionalis hingga memastikan koalisi mayoritas di sana.
"Sepertinya bangsa telah mempercayakan saya dengan tugas kepresidenan, dan kepada kami tanggung jawab yang sangat besar di legislatif," katanya saat itu hasil pemilihan mengarah ke kemenangannya.
Sumber: Kompas.com
Pernyataan Anis Hidayah Viral, Ketua Komnas HAM Siap Mundur Jika Gagal Usut Kasus Munir "Dicatat" |
![]() |
---|
Baru Menjabat Menkeu, Purbaya Langsung Dituntut Perbaiki Sistem Perpajakan, "Agar Lebih Adil" |
![]() |
---|
Budi Gunawan Dicopot dari Menko Polkam, Mahfud MD Terkejut, Calon Pengganti Masih Dirahasiakan |
![]() |
---|
Daftar Menteri Diganti oleh Presiden Prabowo, Setahun Menjabat 2 Kali Reshuffle Kabinet Merah Putih |
![]() |
---|
Ucapan Maaf Pertama Purbaya Usai Jadi Menkeu, Janji Belajar dari Sri Mulyani: Beri Saya Waktu |
![]() |
---|