Berita Viral
Kisah Suhriyeh, Wanita Kuli Panggul di Pasar Surabaya Berangkat Haji, Rajin Nabung Meski Upah Kecil
Suhriyeh jadi kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya selama 40 tahun. Dia akhirnya berangkat haji pada tahun 2024.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Suhriyeh nampak sumringah dan tak sabar untuk segera melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah tahun ini.
Dia berkesempatan menunaikan ibadah haji setelah bertahun-tahun mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasanya.
Diketahui, wanita berusia 60 tahun itu bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya.
Warga Sampang, Madura, tersebut sudah bekerja sebagai kuli panggul sejak 40 tahun silam.
Baca juga: Kuli Panggul yang Bunuh Istri di Tambora Jakbar Tak Langsung Pergi, 2 Hari Tidur Bersama Jasad
Pekerjaan itu pun masih digelutinya hingga sekarang meski dirinya sudah berusia senja.
"Kerja mulai ngangkat-ngangkat (kuli panggul) sekitar 20 tahunan.
Saya kerjanya, ya sudah lama, sekitar 40 tahun," kata Suhriyeh, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Kamis (16/5/2024).
Suhriyeh sudah bersiap di pasar tradisional tersebut sejak pukul 20.00 WIB.
Dia baru pulang ke rumah saudaranya, di Jalan Simokerto, Surabaya, saat adzan subuh berkumandang.
"Kerja mulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB pagi, setiap hari.
Kalau dapat rezeki sehari Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu," jelasnya.
"(Barang yang diangkat) Bawang, jahe, empon-empon, lombok (cabai), diangkat ke atas kepala, (beratnya) sampai 50 kilo, kalau pas muda bisa 60 sampai 65 kilo," tambahnya.

Anak ketiga dari lima barsaudara tersebut akhirnya memutuskan mendaftar menunaikan ibadah haji sendiri pada 2011.
Sebab, dirinya belum menikah hingga sekarang.
Baca juga: Kisah Sajeriah, Wanita Tunanetra Asal Parepare yang Akhirnya Naik Haji: Ada Allah yang Membantuku
Kemudian, Suhriyeh mulai menyisihkan pendapatanya sebagai kuli panggul untuk tabungan haji.
Dia menitipkan uang tersebut kepada salah satu ponakan yang sudah dipercayainya.
"Saya nabungnya lewat ponakan saya, saya enggak tahu (caranya), dapat Rp 50 ribu ya tabung Rp 30 ribu, kalau dapat Rp 30 ribu ya taruh Rp10 ribu begitu, setiap hari ngumpulkan uang," ujarnya.

Suhriyeh bersyukur, meskipun pendapatanya tidak terlalu banyak, namun bisa terkumpul untuk berangkat haji.
Dia menyebut, pendapatan hasil keringatnya adalah rezeki yang berkah.
"Senang, saya ini mikir, ya Allah, meski adanya uang Rp 2 ribu, tapi dikasih keberkahan Allah.
Alhamdulillah dikasih rezeki barokah, uang sedikit-sedikit dikumpulkan," ucapnya.
Akhirnya, Suhriyeh mendapatkan kesempatan bisa berangkat ke Tanah Suci pada tahun 2024 ini.
Dia tergabung dalam kloter 15 bersama calon jemaah haji asal Surabaya, lainya.
"(Nanti saya berdoa) semoga selamat di dunia sampai akhirat, semoga dosa saya yang besar, kecil, yang tahu (sengaja) dan yang enggak tahu dimaafkan Allah," tutupnya.
Kisah Serupa: Tukang Parkir Naik Haji
Perjuangan pasangan lansia di Bojonegoro demi naik haji, menabung dari hasil bekerja sebagai tukang parkir.
Adapun pasangan suami istri tersebut adalah Muntahir Somoradijo (82) dan Siti Marmah (72).
Meski sudah tidak lagi muda, keduanya tetap semangat mengumpulkan uang parkir setiap harinya untuk berangkat ke Tanah Suci.
Mereka menyulap halaman depan rumahnya yang berada di Desa Jetak, Kecamatan Bojonegoro, sebagai tempat parkir bagi para pengunjung Taman Rajekwesi.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Lowongan Kerja untuk Lansia Usia 60 Tahun ke Atas, Kemenaker Beri Apresiasi
"(Penghasilan dari) penitipan sepeda di depan rumah, di latar.
Depan terminal lama, sekarang depan Taman Rajekwesi," kata Siti, ketika ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Sabtu (11/5/2024).
Siti mengatakan, kendati mendapatkan penghasilan dari parkir namun hasilnya tidak tentu setiap harinya.
Apa pun yang terjadi, Siti tetap menyisihkan uang setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
“Enggak mesti kadang sepi kadang ramai, kalau ramai ya bisa Rp100.000 sehari, kadang ya Rp 50.000, kadang Rp 75.000. Kalau ada sisanya ya ditabung,“ ucapnya.

Daftar haji pada 2012
Tak hanya itu, keduanya juga menyimpan sebagian pendapatannya tersebut untuk bersedekah.
Siti mengungkapkan, infak tersebut diberikan kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya.
“Kalau infak, ya tiap bulan dapat berapa ya saya infakin, saya bagi-bagikan ke anak-anak.
Pokoknya kalau ada orang yang enggak punya atau anak yatim, itu setiap bulan infaknya, setiap bulan disisihkan,” jelasnya.

Akhirnya, pasutri lanjut usia (lansia) tersebut membulatkan tekadnya untuk mendaftar haji pada 2012, silam.
Baca juga: Kisah Halima, Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang Usia 18 Tahun, Ngaku Nabung sejak TK
Mereka pun mendapatkan kesempatan berangkat ke Tanah Suci, di tahun 2024 ini.
Siti sangat bersyukur akhirnya bisa menunaikan ibadah haji bersama suaminya di usia yang sudah tidak muda lagi.
Dia bahkan, mengajak Muntahir berolahraga untuk menjaga stamina.
“Saya bersyukur, alhamdulillah saya kok bisa baik haji barengan dengan bapak.
Bersyukur sekali sama Allah. Iya memang keinginan (sejak muda) dulu," tutupnya.
***
Sumber: Kompas.com
Tampang Abdul dan Ervan Usai Habisi Alberto Tanos, Tragedi Berdarah Cucu 9 Naga di Manado |
![]() |
---|
Mau Gaya Pakai iPhone, Mahasiswi di Klaten Sewa 2 Bulan Rp7 Juta Tak Sanggup Bayar, Malah Kabur! |
![]() |
---|
Alasan 5 Agustus 2025 Jadi Hari Terpendek Tahun Ini, Tak Terasa, Tapi Nyata, Rotasi Bumi Ngebut! |
![]() |
---|
Melon Musim Dingin, Cara Unik untuk Menyejukkan Diri dari Teriknya Musim Panas di Tiongkok |
![]() |
---|
Ryu Kintaro Trauma Gegara Konten 'Perintis', Ayah Bongkar Isi Hati Sang Anak: Pa, Aku Takut Ngomong |
![]() |
---|