Pesan Terakhir Ibu Jurnalis Al Jazeera sebelum Tewas dalam Serangan IDF, Rumah Dibom Dini Hari
Pilu jurnalis Al Jazeera kehilangan 22 anggota keluarga karena serangan IDF. Rumah dibom sekitar dini hari. Pesan terakhir ibunda terungkap.
Editor: Suli Hanna
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), 56 jurnalis Palestina telah terbunuh, serta tiga jurnalis Lebanon dan empat Israel.
Baca juga: SOSOK Ghalia Hamad, Jurnalis Tugas Liputan di Gaza Sambil Jaga Putrinya, Dijuluki Wanita Hebat
Konflik mematikan
Kelompok jurnalis global mengatakan konflik Israel-Hamas adalah perang yang sangat mematikan dalam hal kematian awak media.
Pada Senin (4/12/2023), Kepala organisasi global yang mewakili profesi jurnalis mengatakan bahwa perang tersebut telah menjadi konflik yang tiada bandingannya, dilansir dari Anadolu Agency.
Sekitar 60 orang jurnalis telah terbunuh sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober, jumlah yang hampir sama dengan total jurnalis yang terbunuh selama Perang Vietnam, setengah abad yang lalu.
Perang brutal lainnya di Timur Tengah tidak sehebat yang terjadi saat ini.
"Dalam perang, Anda tahu, perang klasik, saya dapat mengatakan bahwa di Suriah, di Irak, di bekas Yugoslavia, kita tidak melihat pembantaian semacam ini," Sekretaris Jenderal Federasi Jurnalis Internasional, Anthony Bellanger, kepada Associated Press.
Angka-angka tersebut didasarkan pada semua sumber yang tersedia yang digunakan federasi untuk laporan tahunannya.
Sebagian besar jurnalis tewas selama pemboman Israel di Jalur Gaza.
Ia mengatakan jurnalis Israel juga terbunuh dalam serangan Hamas di Israel selatan yang memicu perang.
Seiring dengan banyaknya korban jiwa, banyak kantor organisasi media di Gaza yang hancur.
Diperkirakan ada sekitar 1.000 jurnalis dan pekerja media di Gaza sebelum konflik dan mengatakan bahwa sekarang, tidak ada yang bisa keluar.
"Di tengah reruntuhan, jurnalis lokal terus melakukan tugasnya," Presiden Sindikat Jurnalis Palestina, Nasser Abu Baker.
"Mereka kehilangan keluarga dan mereka melanjutkan pekerjaan mereka," katanya.
"Mereka tidak punya rumah dan terus bekerja. Tanpa makanan, tanpa rasa aman bagi mereka, tanpa keluarga mereka," lanjutnya.
"Selain itu, jika keluarganya masih hidup, maka mereka tidak bersama keluarganya karena mereka tinggal atau tidur di rumah sakit," ucapnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Diolah dari artikel Tribunnews.com.
Sumber: Tribunnews.com
Senyum Lebar Siswa SMPN 2 Cawas Sambut Program Makan Bergizi Gratis dan Bupati Klaten Hamenang |
![]() |
---|
Kabar Baik untuk Guru Non-PNS, Tiga Pengumuman Penting dari Kemenag yang Bikin Harapan Makin Cerah! |
![]() |
---|
SPPG Gombang Cawas 002 Beroperasi, Bupati Klaten Hamenang Pastikan 3058 Siswa Nikmati Program MBG |
![]() |
---|
Backlog Perumahan di Klaten Capai 6.000 Unit, Bupati Hamenang Dorong Akselerasi Hunian Layak |
![]() |
---|
Kabar Baik! Tenaga Honorer yang Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu Kini Dapat Gaji Tetap dan Tunjangan |
![]() |
---|