Berita Viral
Viral Kampung Mati di Semarang, Alasan Ditinggalkan Warga, Tidak Angker: Ada Garong Masuk Rumah
Kampung Mati di Semarang viral, terkuak alasan warga tinggalkan rumah, tak ada kaitan dengan hal mistis.
Editor: ninda iswara
TRIBUNTRENDS.COM - Viral kampung mati di sebuah daerah di Semarang, Jawa Tengah.
Video yang viral beredar di media sosial ini memperlihatkan kondisi deretan rumah kosong yang tak terawat.
Tak heran kawasan tersebut disebut kampung mati mengingat banyak rumah kosong terbengkalai dan tak ada penghuninya.
Narasi dalam video tersebut menyebutkan warga mendapatkan gangguan mistis di kampung itu.
Rumah-rumah yang ditinggalkan tampak modern sehingga diduga kampung tersebut belum lama ditinggalkan
Hasil penelusuran TribunBanyumas.com, kampung tersebut berada di RT 4 RW 1 Kelurahan Cepoko, Gunungjati, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kampung itu juga tidak terisolir lantaran akses jalan menuju perumahan tersebut masih mudah dijangkau.
Baca juga: Heboh Kampung Mati di Semarang, Ditinggalkan Warga Bukan karena Teror Mistis, Ada Cerita Masa Lalu

Mulanya, pewarta kesulitan mencari informasi mengenai kampung mati tersebut karena warga di Kelurahan Cepoko mengaku tidak mengetahui keberadaan kampung mati itu.
Saat didatangi, belasan rumah terbengkalai dan tertutupi rumput liar.
Bahkan, beberapa bagian rumah itu tampak dirobohkan.
Namun, ada satu rumah di sekitar lokasi yang masih menunjukkan tanda-tanda aktivitas warga.
Bangunan tersebut adalah gudang gas LPG yang aktif mendistribusikan gas di wilayah Cepoko.
Rumah ini bersebelahan dengan industri pengolahan pupuk kandang yang juga masih aktif berproduksi.
Warga bantah soal gangguan mistis
Seorang warga Cepoko Raya, Eri, membantah jika kawasan itu disebut kampung mati, apalagi disebabkan oleh gangguan hal mistis.
Ia menyebut kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat bisnis properti.
Hal itu diungkapkan oleh Eri saat ditemui di sekitar lokasi pada Sabtu (14/10/2023).
"Nggak bener itu kampung mati. Dulunya untuk simpanan barang-barang, bukan dihuni," ujar Eri.
Seorang pekerja yang ikut membangun rumah-rumah itu mengaku kaget dengan kabar tersebut.
Pekerja bernama Musanusi itu turut membantah terkait penyebutan kampung mati di kawasan Cepoko.
"Ini harus diluruskan. Jadi bukan kampung mati, dulunya memang ada aktivitas di situ. Ada yang menghuni, tapi bukan berarti kampung mati," ucapnya, Sabtu.
Kerap terjadi perampokan
Lebih lanjut, Musanusi menceritakan sejarah kampung itu yang perlahan ditinggalkan.
Menurut dia, dahulu lokasi tersebut merupakan perumahan golongan menengah yang dibangun sekitar tahun 1980-an.
Namun, karena kondisi Kelurahan yang masih sepi penghuni, membuat keamaan perumahan tersebut minim.
Baca juga: KISAH Selma, Gadis Cantik Penghuni Kampung Mati, Putus Sekolah Karena Keadaan, Ayah Kerja Serabutan

Alhasil, aksi penjarahan kerap terjadi di perumahan tersebut dan membuat penghuni rumah memilih pindah satu per satu.
"Dulu awalnya itu hanya 2-3 rumah. Terus nambah-nambah. Tapi karena di sini dulu sepi, ada garong masuk rumah. Minta-minta uang, terus yang punya rumah takut," jelasnya.
Kawasan itu mulai kosong sekitar tahun 2000-an hingga tanah seluas lima hektar di perumahan itu tak berpenghuni sampai saat ini.
"Itu tanah sekitar lima hektar sudah kosong sejak tahun 2000-an," imbuhnya.
Bukan tempat angker
Musanusi menampik jika perumahan itu disebut tempat angker.
Sebab, warga sekitar tidak pernah menjadi korban teror mistis seperti yang beredar di media sosial.
"Warga sekitar menganggap di sini tidak angker malah," katanya.
Mengutip TribunJateng.com, sesepuh Kelurahan Cepoko bernama Suharno turut membantah sebutan kawasan angker di perumahan tersebut.
Sebab, sejak menjadi ketua RW, dirinya belum pernah mendapatkan laporan warga mengenai teror hal mistis di lokasi itu.
"Saya jadi RW sejak 11 tahun, kurang lebih tahun 90-an. Belum pernah menerima laporan adanya hal-hal yang mistis," katanya dikonfirmasi melakui sambungan telepon, Sabtu sore.
Suharno menjelaskan, pengosongan rumah di lokasi tersebut merupakan imbas dari kasus pencurian yang membuat warga merasa tidak aman dan memilih pindah.
"Itu faktor keamanan, bukan karena faktor mistis atau apa menurut saya. Dulu sering kemalingan, ada saja yang dicuri. Nah lama-lama kan warga enggak betah, terus ditinggal penghuni."
"Dan setelah ditinggal terus kosong, perawatan diserahkan ke orang-orang. Ternyata malah semakin menjadi, yang punya rumah tidak kerasan," terangnya.
(Tribunnews)
Diolah dari artikel di Tribunnews.com
Sumber: Tribunnews.com
Bupati Landak Kalbar Geram ASN Abai Upacara HUT RI, Perilaku Tak Disiplin: Kami Pastikan Ada Sanksi |
![]() |
---|
Sosok Painem Pedagang Tegur Wisatawan Telaga Sarangan Magetan, Sudah Jualan di Situ 50 Tahun |
![]() |
---|
Nasib Karisto Gideon Dimara Paskibraka Papua Barat Daya yang Nyaris Pingsan, Kini Dilirik Menkumham |
![]() |
---|
Nasib Tim Drumband MTsN 7 Jambi Pasca Insiden Lagu Ulang Tahun, Diundah Tampil di Karnaval Kabupaten |
![]() |
---|
'Bukan Istri Saya' Camat Sungai Bahar Jambi Bantah Insiden Lagu Ganggu Drumband MTsN 7: Tidak Tahu |
![]() |
---|