Breaking News:

Berita Viral

Hasil Autopsi Pendaki Meninggal Gancet di Gunung Jawa Barat, Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan

Terungkap sudah hasil autopsi pendaki meninggal gancet di Gunung Jawa Barat, dokter ungkap fakta mengejutkan, kelamin laki-laki dipotong.

|
Editor: jonisetiawan
Kolase TribunTrends/YouTube Denny Sumargo
PENDAKI MENINGGAL GANCET - Hiliatus Swada, saksi kejadian pasangan meninggal gancet di sebuah gunung di Jawa Barat tahun 2019 silam, hasil autopsi terungkap, dokter ungkap fakta. 
Ringkasan Berita:
  • Penemuan tragis pasangan pendaki muda meninggal gancet di gunung Jawa Barat.
  • Hasil autopsi menunjukkan keduanya meninggal akibat kram otot dan pembengkakan fatal.
  • Kronologi sebelum tragedi memperlihatkan tanda-tanda kelelahan dan perilaku aneh korban perempuan.

TRIBUNTRENDS.COM - Kisah pilu dari jalur pendakian di salah satu gunung di Jawa Barat kembali mencuat ke publik setelah diungkap oleh seorang saksi mata bernama Hilya.

Melalui podcast di kanal YouTube Denny Sumargo yang tayang pada 16 Oktober 2025, Hilya menceritakan dengan detail pengalaman menegangkan saat dirinya menjadi orang pertama yang menemukan sepasang pendaki muda dalam keadaan meninggal dunia di dalam tenda dalam posisi yang tak lazim dan sulit dipercaya.

Kisah yang Menggemparkan: Ditemukan dalam Posisi Gancet

Peristiwa tragis itu sempat membuat geger para pendaki dan petugas relawan.

Pasangan tersebut ditemukan meninggal dalam posisi saling menempel erat di dalam tenda mereka, kondisi yang dalam istilah medis dikenal dengan “gancet” fenomena langka ketika alat kelamin pria dan wanita tak dapat terpisahkan usai berhubungan intim.

Saat kejadian, Hilya dan timnya semula mengira keduanya sedang tidur.

Namun setelah berulang kali dipanggil tanpa respons, kecurigaan mulai muncul. Saat tenda dibuka, pemandangan mengerikan pun tampak di depan mata.

“Gue kaget banget. Si cowok di bawah, ceweknya di atas, enggak pakai baju.

Badannya udah menghitam keunguan. Matanya terbuka, urat matanya keluar, dan tubuh mereka kaku,” tutur Hilya dengan suara bergetar, mengenang kejadian itu.

Baca juga: Kronologi Influencer Korea Tewas di Mongolia, Bermula Hilang Keseimbangan Saat Ngonten di Gunung

Proses Autopsi: Organ Intim Tak Dapat Dipisahkan

Keterangan yang disampaikan Hilya tak berhenti di situ. Ia bahkan turut dimintai keterangan saat proses autopsi dilakukan di rumah sakit.

Dari hasil pemeriksaan medis, alat kelamin keduanya tidak bisa dipisahkan, bahkan setelah mereka dinyatakan meninggal.

“Pas sampai di rumah sakit pun enggak bisa lepas. Keduanya tetap menyatu. Akhirnya dipotong kemaluan laki-lakinya,” ungkap Hilya.

Pihak rumah sakit, lanjutnya, menjelaskan secara medis bahwa otot vagina korban perempuan mengalami kram hebat dan pembengkakan.

Karena posisi alat kelamin pria masih berada di dalam, kondisi tersebut menyebabkan keduanya “terkunci” dan tak bisa dilepaskan bahkan setelah meninggal dunia.

“Itu pembuluh darah di area vaginanya pecah. Karena posisi pria di bawah, arus kram itu kayak nyamber kesetrum ke tubuh laki-lakinya juga,” jelas Hilya, mengutip penjelasan dokter.

Ilustrasi
Ilustrasi sepasang pendaki muda dalam keadaan meninggal dunia di dalam tenda dalam posisi yang tak lazim dan sulit dipercaya saat mendaki di Gunung Jawa Barat. (Instagram)

Sebelum Tragedi: Isyarat Kelelahan dan Permintaan untuk Turun

Sebelum insiden memilukan itu terjadi, Hilya sempat bertemu pasangan tersebut di jalur pendakian menuju Pos 4.

Ia mengenang bahwa pendaki wanita tampak sangat lelah dan beberapa kali menangis, meminta turun dari gunung.

“Tetehnya kayak capek banget. Aku tanya ke cowoknya, dia bilang ‘kecapean aja’.

Tapi enggak lama ceweknya nangis, ‘aku mau turun’. Tapi cowoknya tetap maksa, katanya bisa pelan-pelan,” tutur Hilya.

Menurut pengakuannya, pasangan muda itu masih berusia belasan tahun.

“Ceweknya lahir 2001, cowoknya 2000,” ucapnya.

Baca juga: Insiden Nahas Influencer Korea, Niat Liburan di Mongolia Berakhir Tewas di Gunung Berapi Urantogoo

Tanda Aneh di Pos 4: Tawa Melengking dan Kesurupan

Sesampainya di Pos 4, kondisi pendaki wanita makin menurun. Ia bahkan disebut sempat bertingkah aneh hingga pingsan.

“Dia ketawa melengking, kayak bukan suaranya sendiri.

Kita kira kesurupan, tapi aku masih berpikir positif, mungkin cuma kecapean,” kata Hilya.

Setelah dibantu menenangkan korban, rombongan Hilya melanjutkan perjalanan menuju area camp di puncak, meninggalkan pasangan itu yang tampak masih kelelahan.

Malam Mencekam: Suara Aneh dari Dalam Tenda

Setiba di area camp, pasangan tersebut kembali bergabung dan mendirikan tenda di dekat rombongan Hilya.

Sekitar pukul 23.00 WIB, suasana hening mendadak terganggu oleh suara samar seperti desahan dari arah tenda pasangan itu.

“Temen gue bilang, ‘Eh lu denger suara enggak?’ Gue iya, tapi enggak mau ngomong. Itu bukan suara horor, tapi suara desahan,” kenang Hilya.

Tak ada yang berani memastikan apa yang terjadi malam itu. Semua memilih diam dan beristirahat, hingga pagi tiba.

Penemuan Tragis di Pagi Hari

Pagi harinya, Hilya sempat naik ke puncak untuk melihat sunrise. Namun hingga siang menjelang, tenda pasangan itu tetap tertutup rapat.

Ia pun berinisiatif memberikan makanan sambil memanggil-manggil dari luar. Setelah tak mendapat respons, ia menggoyangkan tenda namun tetap sunyi.

Ketika akhirnya tenda dibuka, kengerian luar biasa terjadi. Tubuh keduanya ditemukan tak bernyawa dalam kondisi yang mencengangkan.

“Awalnya gue kira cuma satu orang di sleeping bag, tapi ternyata dua.

Pas gue buka, mereka kaku, udah membiru. Gue cuma bisa bengong,” ucapnya.

Evakuasi dan Fakta Terungkap

Setelah kejadian itu, pihak ranger dan relawan basecamp segera dihubungi untuk melakukan evakuasi. Jenazah pasangan muda tersebut akhirnya dibawa turun dari gunung untuk dilakukan pemeriksaan medis lebih lanjut.

Insiden ini sendiri diketahui terjadi pada tahun 2019, namun kembali viral setelah kesaksian Hilya dibagikan di podcast.

Hasil autopsi memperkuat dugaan bahwa kematian keduanya bukan karena kekerasan, melainkan akibat kram otot dan pembengkakan fatal saat berhubungan intim, yang membuat mereka terjebak dalam posisi gancet hingga meninggal dunia.

Fenomena Langka yang Mematikan

Secara medis, fenomena “gancet” atau vaginismus memang bisa terjadi, meskipun sangat langka.

Kondisi ini ditandai dengan kontraksi tak terkendali pada otot vagina yang menjepit penis sehingga tak bisa dilepaskan. 

Dalam kasus ekstrem seperti ini, terutama jika terjadi di suhu dingin dan tanpa bantuan medis, risiko kematian menjadi sangat tinggi.

Tragedi yang menimpa pasangan muda itu menjadi peringatan keras bagi para pendaki agar selalu menjaga etika, kesehatan, dan keselamatan selama berada di alam bebas.

***

(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunJateng)

Tags:
pendakiJawa Baratgancet
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved