Seberapa Perlu Bahasa Portugis Jadi Prioritas di Pendidikan Indonesia? Ini Saran dari Pengamat
Ini saran dan pendapat pengamat soal rencana bahasa Portugis menjadi prioritas dalam pendirikan di Indonesia, selain bahasa Inggris
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Nafis Abdulhakim
Tapi kalau menterinya sendiri masih berpikir content-based, setiap ada ide baru langsung ditambah jadi mata pelajaran, ya celaka. Lama-lama anak-anak bisa punya 50 mapel," ujar Ina.
Menurutnya, beban belajar siswa saat ini sudah sangat padat.
Dalam waktu 24 jam sehari, anak-anak perlu ruang untuk berpikir, bereksperimen, sekaligus beristirahat bukan terus dijejali dengan berbagai materi tambahan.
"Kebijakan pendidikan tidak boleh ABS (Asal Bapak Senang).
Harus berbasis prinsip dan filosofi kurikulum, bukan sekadar reaksi spontan terhadap tren atau hubungan diplomatik.
Kalau semangatnya masih ‘asal patuh pada perintah,’ ya pendidikan kita akan makin tidak terarah," pungkas CEO Jurusanku tersebut.
Ingatkan Soal Prioritas Utama
Senada dengan Ina, pengamat pendidikan Bukik Setiawan yang merupakan pendiri Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan menyatakan semua hal baik tentu boleh diajarkan di sekolah, termasuk bahasa Portugis.
Bukik berujar, tetapi dalam pendidikan, yang penting bukan sekadar apa yang baik.
"Melainkan 'apa yang paling perlu dan paling berdampak'. Karena waktu belajar murid terbatas, maka kita perlu mempertimbangkan prioritas, apa yang paling dibutuhkan untuk masa depan mereka, sesuai konteks Indonesia hari ini," kata Bukik dalam pesan teks, Minggu.
Head of Kampus Guru Cikal ini menegaskan kalau bahasa Portugis masuk kurikulum, sebaiknya bukan sebagai kewajiban nasional yang seragam.
Akan lebih bijak bila menjadi pilihan bagi daerah, sekolah, atau murid yang memang punya kebutuhan atau potensi relevan.
Misalnya di wilayah yang berhubungan dengan negara "lusofon" (orang-orang yang berbahasa Portugis) seperti Timor Leste, Brasil, atau Mozambik.
"Jadi, memasukkan bahasa Portugis bisa jadi ide baik, asalkan tetap berpijak pada prinsip otonomi dan relevansi: biarkan sekolah dan daerah menentukan apa yang paling bermakna bagi murid mereka," jelasnya.
Fokus ke Kurikulum Bukan Bahasa Baru
Peneliti doktoral bidang ilmu bahasa, Boy Tri Rizky, yang saat ini menempuh studi S3 di Freie Universität Berlin, Jerman, menilai bahwa Indonesia sebenarnya tidak memerlukan penambahan bahasa asing baru dalam sistem pendidikannya.
Menurutnya, yang jauh lebih penting adalah memperbaiki kurikulum bahasa asing yang sudah ada agar lebih efektif dan relevan.
Sumber: TribunTravel.com
| Jawaban Geografi Kelas 12 halaman 86 87 88 89 90 91 92 Wilayah Funsional Memiliki Keseragaman Aspek |
|
|---|
| 15 Soal dan Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Halaman 96 97 98 99 100: Ciri Ciri Orang Munafik! |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 72: Jelaskan karakteristik Tokoh Utama dalam Buku |
|
|---|
| 15 Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 132 133 134 135: Mulai Zaman Nabi Adam As. Sampai Rasulullah Saw |
|
|---|
| 10 Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 121: Rendahnya Akses Keuangan Digital di Indonesia |
|
|---|