Kematian Dosen Untag
Basuki Saksikan Langsung Tarikan Napas Terakhir Dosen Untag, Bukan Pulang Seperti Pengakuan Awal
AKBP Basuki bohong, awalnya mengaku tidak tahu penyebab kematian dosen Untag, namun hasil pemeriksaan terbukti berada satu kamar.
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- AKBP Basuki Berbohong dan Menyaksikan Detik-detik Kematian Dosen Untag
- Hubungan Asmara Sejak 2020 dan Pelanggaran Kode Etik
- Hasil Autopsi: Tidak Ada Kekerasan, Namun Ada Aktivitas Berlebihan
TRIBUNTRENDS.COM - Kematian dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi, memasuki babak baru yang jauh lebih rumit dan penuh tanda tanya.
Pernyataan AKBP Basuki yang sebelumnya mengaku tidak mengetahui detik-detik wafatnya sang dosen kini dipatahkan oleh fakta berbeda.
Terungkap bahwa perwira polisi itu ternyata justru menyaksikan sendiri momen terakhir napas Dwi sebelum meninggal di kamar hotel.
Kebohongan itu membuka rentetan dugaan baru, memperluas spektrum penyelidikan yang kini tak hanya menyentuh ranah dugaan kriminal, tetapi juga pelanggaran etik kepolisian.
Baca juga: AKBP Basuki Pembohong? Harta di LHKPN Rp94 Juta, Mustahil Biayai S3 Dosen Untag hingga Ratusan Juta
Kesaksian Basuki Berubah: Dari Tidak Tahu Menjadi Menyaksikan Langsung
Pada awalnya, AKBP Basuki Kasubdit Dalmas Ditsamapta Polda Jawa Tengah memberikan keterangan kepada media bahwa ia tidak mengetahui penyebab kematian Dwinanda Linchia Levi.
Ia mengaku hanya mengantar sang dosen ke rumah sakit, lalu kembali mengantarnya ke kamar hotel sebelum akhirnya pulang.
Basuki mengklaim baru mengetahui kabar duka itu ketika mendatangi hotel keesokan harinya dan menemukan jasad Dwi tergeletak di lantai tanpa busana pada Senin (17/11/2025).
Namun kesaksian itu ternyata tidak sesuai dengan fakta lapangan.
Alumni Untag Semarang, Henry Kurniawan, menyebut bahwa Basuki justru menjadi orang pertama yang melaporkan peristiwa tersebut.
Ia yang menghubungi resepsionis hotel, Polsek Gajahmungkur, hingga tim Inafis.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai mengapa seorang anggota polisi yang ada di lokasi kejadian justru menyimpan banyak detail penting.
“Kenapa ada seorang oknum polisi yang merupakan saksi kunci kebetulan ada di tempat kejadian perkara,” kata Henry.
Hubungan Rahasia Sejak 2020 Mulai Terungkap
Kombes Pol Artanto, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, kemudian mengungkapkan bahwa Basuki dan Dwinanda ternyata telah menjalin hubungan sejak 2020, tepat ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Basuki mengakui hubungan tersebut, namun penyidik menegaskan bahwa pengakuan itu harus diklarifikasi kembali melalui pemeriksaan lebih mendalam serta dilengkapi bukti pendukung.
Hal ini diperlukan untuk menyusun kembali kronologi komunikasi maupun hubungan keduanya sejak awal.
Riwayat Penyakit Dwi: Tekanan Darah Tinggi dan Gula Darah 600
Sebelum meninggal, Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menjelaskan bahwa dosen Dwi memang dalam kondisi sakit sejak 15 dan 16 November 2025.
Basuki bahkan sempat mengantarnya ke rumah sakit, dan hasil rekam medis menunjukkan tekanan darah 190 serta kadar gula mencapai 600, kondisi yang sangat berbahaya.
Baca juga: Pakaian Terakhir Dosen Untag Sebelum Tewas Tanpa Busana, AKBP Basuki Kenang Aktivitas Terakhir
Fakta Baru: Basuki Ternyata Ada di Kamar Saat Dwi Meninggal
Fakta semakin mengerucut ketika Kombes Pol Artanto menyatakan bahwa Basuki berada di dalam kamar saat detik-detik Dwi meregang nyawa.
Informasi ini bertolak belakang dengan kesaksian Basuki sebelumnya.
“Yang bersangkutan satu kamar. Tahu detik-detik meninggal,” kata Artanto.
Dengan posisi tersebut, Basuki pun otomatis menjadi saksi kunci dalam upaya penyelidikan baik terkait dugaan tindak pidana maupun pelanggaran kode etik.
Pelanggaran Etik Berat: Tinggal Bersama Tanpa Ikatan Pernikahan
Berdasarkan gelar perkara yang dilakukan Bidang Propam Polda Jateng, Basuki dikenai penempatan khusus (patsus).
Ia diduga melakukan pelanggaran berat Kode Etik Profesi Polri karena tinggal bersama seorang perempuan tanpa ikatan pernikahan yang sah.
“Hasil gelar perkara menunjukkan AKBP B diduga tinggal bersama seorang wanita tanpa pernikahan sah,” ujar pihak Propam.
Perbuatan tersebut dinilai sebagai pelanggaran kategori berat karena berhubungan dengan kesusilaan dan perilaku yang tidak pantas bagi seorang anggota Polri.
Baca juga: AKBP Basuki Dalam Tekanan! Dosen Untag Ternyata Sudah Pindah KK Sejak 2024, Kakak Korban Kaget
Kakak korban, Perdana Cahya Devian Melasco, mengaku tidak mengetahui adanya hubungan apa pun antara adiknya dan Basuki.
“Tidak tahu,” ujarnya singkat.
Hasil Otopsi: Tidak Ada Kekerasan, Tetapi Ada Indikasi Aktivitas Berlebihan
Seorang kerabat bernama Tiwi menyampaikan temuan dari hasil otopsi.
Menurutnya, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh Dwinanda Linchia Levi.
Namun ada temuan lain yang memantik pertanyaan lebih dalam: adanya indikasi “kegiatan berlebihan” yang menyebabkan jantung sobek.
“Tapi ada indikasi kegiatan berlebihan dan jantungnya sobek,” ujar Tiwi.
***
(TribunTrends)
Jangan lewatkan berita-berita TribunTrends.com tak kalah menarik lainnya di Google News , Threads dan Facebook
Sumber: TribunTrends.com
| Basuki Saksikan Langsung Tarikan Napas Terakhir Dosen Untag, Bukan Pulang Seperti Pengakuan Awal |
|
|---|
| AKBP Basuki Dalam Tekanan! Dosen Untag Ternyata Sudah Pindah KK Sejak 2024, Kakak Korban Kaget |
|
|---|
| Saksi Kunci Kematian Dosen Untag! AKBP Basuki Akui Tahu Detik-detik Terakhir DLL, Nasibnya Kini Pilu |
|
|---|
| Terbongkar Komunikasi Intens AKBP Basuki dengan DLL Dosen Untag: Berhubungan Sejak 2020 |
|
|---|
| Fakta Kasus Kematian Dosen Untag Semarang, Keluarga Terima Foto Korban dari Nomor Misterius |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Dosen-Semarang-Dwinanda-Linchia-Levi-KIRI.jpg)