Drama Keraton Surakarta
Drama Penobatan Mendadak di Keraton Solo! Maha Menteri Tedjowulan: Saya Tidak Tahu Ada Agenda Itu
Tedjowulan tidak tahu adanya agenda pengikraran KGPH Hangabehi sebagai pewaris takhta, singgung 40 hari kepergian Pakubuwono XIII
Editor: jonisetiawan
Penunjukan KGPH Hangabehi Jadi Pewaris Takhta: Tedjowulan Klaim Tak Dilibatkan
Salah satu titik panas polemik ini adalah penunjukan KGPH Hangabehi (Mangkubumi) sebagai pewaris takhta Keraton Surakarta.
Tedjowulan mengaku tidak mengetahui adanya agenda pengikraran ataupun penobatan tersebut sebelumnya.
“Ada kegiatan tahu-tahu saya dimintai untuk jadi saksi.
Tadi ada pengikraran, penobatan menjadikan Hangabehi (Mangkubumi) sebagai pewaris PB XIII. Jadi sebagai Pangeran Pati. Jadi saya tidak tahu.”
Ia mengatakan bahwa karena diminta restu di hadapan banyak orang, ia hanya mengikuti permintaan secara spontan sebagai orang tua.
Namun, ia menegaskan bahwa keputusan tersebut dilakukan tanpa melibatkan dirinya dalam perencanaan.
Tedjowulan juga mengakui bahwa sebelumnya pernah ada diskusi soal siapa yang layak menjadi penerus PB XIII, dan nama Mangkubumi memang muncul.
Namun, tidak pernah ada pembahasan resmi mengenai pelaksanaan pengukuhan seperti yang terjadi hari itu.
“Pengukuhan dan sebagainya tidak pernah diajak rembukan saya.”
Meski demikian, ia tetap bersikeras mengikuti sikap awal: membahas suksesi setelah masa 40 hari berlalu.
Putri PB XIII Mengaku Tak Pernah Menerima Surat Kementerian
Di sisi lain, muncul suara berbeda dari putri tertua PB XIII, GKR Timoer Rumbaikusuma Dewayani.
Ia menyatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak menerima surat dari Kementerian Kebudayaan yang menjadi dasar rapat hari itu.
“Tidak menerima (surat Kementerian Kebudayaan). Karena itu saya tidak datang. Karena kami merasa tidak diundang oleh kementerian.”
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/trends/foto/bank/originals/Tedjowulan-buka-suara-soal-penunjukan-KGPH-Hangabehi-jadi-pewaris-takhta.jpg)