Raja Keraton Solo Meninggal
Dua Putra Pakubuwono XIII Siap Berebut Tahta, Bayang-bayang Perpecahan Kembali Hantui Keraton Solo
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Purbaya dan KGPH Hangabehi siap berebut tahta usai meninggalnya Sinuhun Pakubuwono XIII.
Editor: jonisetiawan
Ringkasan Berita:
- Putri Pakubuwono XIII menyerukan agar keluarga besar Kasunanan tetap rukun, harmonis, dan saling mendukung, sesuai pesan almarhum semasa hidup
- Sejak Tingalan Dalem Jumenengan 2022, Sinuhun telah menetapkan KGPH Purbaya sebagai putra mahkota
- Penetapan putra mahkota sempat menuai perbedaan pandangan. Lembaga Dewan Adat (LDA) mengangkat putra lain, KGPH Mangkubumi, menjadi KGPH Hangabehi pada Desember 2022
TRIBUNTRENDS.COM - Suasana duka masih menyelimuti dinding megah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Di balik alunan tembang lirih dan aroma kemenyan yang memenuhi udara malam, satu kenyataan tak bisa dihindari: Sinuhun Pakubuwono XIII telah berpulang ke haribaan Ilahi, Minggu (2/11/2025).
Wafatnya sang raja bukan hanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan abdi dalem, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar siapa yang akan meneruskan tampuk kepemimpinan di Keraton Surakarta?
Baca juga: Doakan Pakubuwono XIII, Gibran Disebut Keluarga Keraton: Beliau Bukan Tamu, Tapi Bagian dari Kami
Harapan dari Seorang Putri Raja
Di tengah gelombang duka dan ketidakpastian, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai, putri mendiang Sinuhun, tampil dengan suara yang menenangkan.
Dalam nada lembut yang diselimuti rasa kehilangan, ia menyampaikan pesan penuh makna kepada seluruh keluarga besar keraton.
Ia berharap agar keluarga besar Kasunanan mampu menjaga kerukunan, keharmonisan, dan kebijaksanaan, sebagaimana yang selalu diwasiatkan oleh almarhum Sinuhun semasa hidup.
“Semoga rukun seperti yang sudah didawuhkan Sinuhun. Apa yang beliau dawuhkan terlaksana.
Karena ada dua putra laki-laki jadi saya berharap semua satu suara dan saling mendukung.
Mana yang akan memimpin yang lainnya juga akan memimpin. Itu harapan saya,” ungkap GKR Timoer.
Ucapannya menggema di antara para kerabat yang masih berkabung, mengingatkan semua pihak bahwa warisan sejati seorang raja bukan hanya tahta dan pusaka, melainkan rukun dan guyub antar keluarga yang menjaga marwah keraton.
Jejak Putra Mahkota: Pengangkatan KGPH Purbaya
Bayang-bayang suksesi sesungguhnya sudah terpatri sejak beberapa tahun lalu.
Pada Minggu (27 Februari 2022), dalam upacara agung Tingalan Dalem Jumenengan peringatan kenaikan tahta ke-18 Sinuhun PB XIII keraton mengumumkan pengangkatan salah satu putra beliau, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Purbaya, sebagai putra mahkota.
Baca juga: Tradisi vs Politik Internal: Siapa Pewaris Sah Pakubuwono XIII? KGPH Purboyo Belum Tentu Jadi Raja
Dalam upacara sakral itu, Sinuhun menganugerahkan gelar kehormatan kepada sang putra:
Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamengkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram sebuah nama yang sarat makna, mengandung doa agar kelak ia mampu menjadi pemimpin bijaksana yang menuntun keraton menuju kemakmuran dan ketenteraman.
Pada momen yang sama, BRAy Asih Winarni, istri dari pernikahan ketiga Sinuhun, juga dinobatkan sebagai Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono XIII, permaisuri yang mendampingi sang raja hingga akhir hayatnya.
Riak di Balik Dinding Keraton
Namun, sebagaimana sejarah panjang Kasunanan yang kerap diwarnai dinamika, keputusan pengangkatan tersebut sempat memunculkan perbedaan pandangan.
Lembaga Dewan Adat (LDA) menilai perlu ada pertimbangan lain dalam menentukan pewaris tahta.
Sebagai bentuk respons, LDA kemudian menggelar upacara penggantian nama bagi putra Sinuhun yang lain, KGPH Mangkubumi, yang secara resmi diberi gelar baru KGPH Hangabehi pada Sabtu, 24 Desember 2022.
Langkah ini menjadi penanda bahwa arah suksesi di Keraton Surakarta tidak pernah lepas dari perdebatan, di mana tradisi, garis keturunan, dan restu adat bertemu dalam satu ruang sakral bernama takhta.
Baca juga: Kereta Jenazah Berumur 100 Tahun Kembali Bergerak: Mengantar Pakubuwono XIII ke Peristirahatan Abadi
Menjaga Warisan di Tengah Duka
Kini, sepeninggal Sinuhun PB XIII, bayang-bayang sejarah kembali menatap masa depan.
Keraton Surakarta bukan sekadar tempat bersemayam pusaka dan tradisi, tetapi simbol martabat budaya Jawa yang masih dijaga turun-temurun.
Harapan GKR Timoer seolah menjadi penuntun di tengah duka: agar keluarga besar tetap bersatu, menjauh dari perpecahan, dan bersama menjaga warisan luhur yang telah dibangun selama berabad-abad.
***
(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunSolo)
| Doakan Pakubuwono XIII, Gibran Disebut Keluarga Keraton: 'Beliau Bukan Tamu, Tapi Bagian dari Kami' |
|
|---|
| Doa Terakhir Jokowi untuk Pakubuwono XIII, Ayah Gibran Tundukkan Kepala di Depan Peti |
|
|---|
| Kereta Jenazah Berumur 100 Tahun Kembali Bergerak: Mengantar Pakubuwono XIII ke Peristirahatan Abadi |
|
|---|
| Tradisi vs Politik Internal: Siapa Pewaris Sah Pakubuwono XIII? KGPH Purboyo Belum Tentu Jadi Raja |
|
|---|