Keluarga mengklaim telah menunggu selama empat hari tanpa kunjungan dokter yang memadai, meskipun pasien berada di kamar VIP berbayar.
Dalam video tersebut, Dokter Syahpri tetap tenang dan santun, tidak membalas kemarahan meskipun diintimidasi.
Ia menjelaskan prosedur medis dengan sabar, termasuk alasan penggunaan masker untuk pencegahan infeksi.
Namun, keluarga pasien tetap memaksa, yang memicu kecaman luas dari netizen dan kalangan medis atas kekerasan verbal terhadap tenaga kesehatan.
Respons dan Dampak
Pasca-insiden, Dokter Syahpri melaporkan kejadian tersebut ke polisi untuk melindungi diri dan rekan seprofesi dari tindakan serupa. Pemerintah Kabupaten Muba turun tangan dengan memfasilitasi mediasi antara kedua belah pihak.
Keluarga pasien akhirnya meminta maaf, dan mediasi berakhir damai. Bupati Muba melalui Sekretaris Daerah Dr. Apriyadi MSi bahkan menyambangi RSUD Sekayu untuk mendukung tenaga medis.
Insiden ini menyoroti isu kekerasan terhadap tenaga kesehatan di Indonesia, yang sering kali disebabkan oleh miskomunikasi atau tekanan emosional.
Namun, sikap Dokter Syahpri yang tetap profesional menjadi inspirasi bagi banyak orang, memperkuat citra positif karirnya di mata masyarakat.
Karier Dokter Syahpri Putra Wangsa adalah contoh dedikasi seorang dokter daerah yang terus berjuang meningkatkan layanan kesehatan.
Dari pendidikan hingga prestasi sebagai konsultan nefrologi, ia telah memberikan kontribusi signifikan. Insiden viral baru-baru ini justru menegaskan ketangguhannya, mengingatkan kita semua akan pentingnya menghormati profesi medis.
Semoga kejadian serupa tidak terulang, dan Dokter Syahpri terus berkarya untuk kesehatan masyarakat.
***
(TribunTrends)