“Kalau laki-laki (dalang) sudah biasa, tapi kalau cewek kan jadi unik, apalagi dari sisi suara beda dengan laki-laki,” tutur Azkia.
Sejak lima bulan terakhir, Azkia menjalani latihan rutin setiap hari sepulang sekolah.
“Sekitar 5 bulan lebih, dilatih bapak sama ikut sanggar,” jelasnya. Durasi latihan juga disesuaikan agar sejalan dengan aturan lomba.
“Awal latihan itu 1 jam (setiap hari), tapi lama-kelamaan dipotong sama bapak biar bisa masuk kategori sini (durasi pentas 30 menit),” ujarnya.
Lomba ini bukan sekadar kompetisi, tapi ruang tumbuh bagi generasi muda untuk menyatu dengan budaya leluhur.
Di tangan mereka, kisah pewayangan tak akan punah, tapi terus hidup dan berkembang, dari pedalangan ke pedalangan berikutnya. (TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo)