TRIBUNTRENDS.COM, KLATEN - Suara gamelan mengalun pelan, menemani 12 anak Klaten menapaki panggung warisan budaya di Pendopo Monumen Juang 45, Sabtu (2/8/2025).
Mereka bukan penonton, melainkan pelaku: dalang-dalang cilik yang memainkan cerita wayang dalam Lomba Dalang Anak 2025 yang digelar Disbudporapar Klaten.
Di antara mereka, dua anak perempuan tampil percaya diri, menghapus batasan bahwa dunia pedalangan hanya milik lelaki.
“Kali ini ada 12 peserta, yang di dalamnya ada dua perempuan,” ujar Plt Kepala Disbudporapar Klaten, Purwanto.
Lomba ini ditujukan untuk melahirkan dalang muda yang kelak bisa meneruskan jejak para maestro pedalangan.
“Harapan kami nanti juga seperti itu. Anak-anak muda ini yang akan meneruskan estafet dari senior-seniornya, untuk menjadi maestro dalang,” sambungnya.
Setiap peserta mendapat waktu 30 menit untuk tampil, dengan lakon yang mereka pilih sendiri.
Penampilan dinilai berdasarkan teknik sabetan, gedokan, dan anta wacana, oleh juri dari ISI Yogyakarta dan Pepadi Klaten.
Salah satu peserta adalah Andreas Putra Nugraha (14), siswa kelas VIII SMPN 2 Kebonarum.
Membawakan lakon Abiyasa Boyong, ia tampil setelah berlatih selama hampir tiga minggu.
“Persiapan, kurang lebih 20 hari,” ungkapnya. Sejak usia lima tahun, Andreas telah akrab dengan dunia wayang.
Baca juga: Semarak Hari Jadi ke-221 Klaten, Masyarakat Diajak Bersatu dalam Dzikir dan Selawat
“Asik dan juga menyenangkan, senang bisa melestarikan kebudayaan Jawa,” katanya.
Namun, tampil di panggung tak selalu mudah. Ia mengaku sempat grogi dan merasa tidak nyaman dengan kostum.
“Sempat grogi juga saat tampil, tapi setelah pentas senang,” ucapnya jujur.
Kisah menarik juga datang dari Azkia Qolhi (11), siswi MIM Babad, Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, yang belajar dalang langsung dari ayahnya. Ia menjadi satu dari dua peserta perempuan dalam lomba ini.