Peserta didik memang individu yang unik dengan gaya belajar berbeda. Mengakomodasi keunikan ini adalah kunci efektivitas pembelajaran. Sebagai guru, kita bisa melakukannya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan menyediakan beragam strategi.
Pertama, memvariasikan metode pengajaran. Jika ada siswa visual, gunakan grafik, peta konsep, video, atau poster. Untuk auditori, terapkan diskusi, ceramah, podcast, atau meminta mereka membaca nyaring. Bagi kinestetik, berikan kesempatan untuk eksperimen, simulasi, proyek tangan kosong, atau gerakan fisik saat belajar. Jangan terpaku pada satu metode saja.
Kedua, menawarkan pilihan tugas atau proyek. Misalnya, siswa bisa memilih untuk membuat presentasi visual, menulis laporan, atau membuat model untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang suatu topik. Ini memberi mereka kebebasan untuk mengekspresikan diri sesuai kekuatan gaya belajarnya.
Ketiga, memanfaatkan teknologi secara bijak. Aplikasi interaktif, simulasi virtual, atau platform edukasi daring dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar sekaligus. Misalnya, video pembelajaran seringkali menggabungkan elemen visual dan auditori.
Keempat, menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel. Sediakan sudut baca yang tenang, ruang untuk kerja kelompok, atau area untuk bergerak. Guru juga bisa mengatur ulang posisi meja atau membiarkan siswa memilih tempat duduk yang mendukung fokus mereka.
Terakhir, mendorong siswa untuk mengenal gaya belajar mereka sendiri. Ajarkan mereka berbagai strategi belajar dan biarkan mereka bereksperimen. Melakukan refleksi bersama tentang bagaimana mereka belajar paling efektif akan memberdayakan mereka sebagai pembelajar mandiri. Dengan demikian, kita tidak hanya mengakomodasi, tetapi juga membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih sadar diri.
Kunci Jawaban Alternatif:
Peserta didik adalah individu yang unik dengan latar belakang, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Sebagai guru, penting bagi kita untuk memahami keragaman ini dan mengakomodasinya dalam proses pembelajaran. Salah satu caranya adalah dengan mengenali gaya belajar siswa, baik visual, auditori, maupun kinestetik, melalui observasi, refleksi, atau instrumen sederhana seperti angket gaya belajar.
Setelah mengenali gaya belajar mereka, guru dapat merancang pembelajaran yang bervariasi dan fleksibel. Misalnya, menyediakan materi visual (gambar, video, peta pikiran) untuk siswa visual, menggunakan diskusi, lagu, atau cerita untuk siswa auditori, serta melibatkan praktik langsung, simulasi, atau proyek lapangan untuk siswa kinestetik.
Guru juga dapat menerapkan diferensiasi pembelajaran, yaitu menyesuaikan konten, proses, atau produk belajar sesuai kebutuhan dan gaya siswa. Misalnya, saat menugaskan proyek, guru bisa memberi pilihan bentuk tugas: presentasi lisan, karya tulis, poster, atau drama.
Lebih dari itu, guru perlu membangun lingkungan belajar yang inklusif dan suportif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan diberi ruang untuk berkembang sesuai potensinya. Memberikan umpan balik positif, mendampingi proses belajar, serta membuka ruang dialog akan membuat siswa lebih percaya diri dan semangat belajar.
Dengan mengakomodasi gaya belajar siswa, guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk pengalaman belajar yang bermakna dan membangun karakter. Inilah wujud nyata dari pendidikan yang berpihak pada murid.
*) Disclaimer: kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 2 PSE Topik 3: Experiential Learning dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/TribunTrends.com/Syifaul Azizah)