Sekretaris dinas, Nono Suparno, menyatakan bahwa pihaknya telah turun langsung ke lapangan untuk menangani persoalan tersebut.

"Kami mengumpulkan orangtua murid dan kepala sekolah SDN di sekitar agar menerapkan pemerataan siswa agar tidak menumpuk di satu sekolah, sehingga bisa didaftarkan juga anaknya ke SDN Karaton 5," kata Nono.

Terkait fasilitas yang dikeluhkan, Dinas berjanji akan merehabilitasi ruang kelas dan bangunan sekolah pada tahun 2026. Janji yang menjadi tumpuan masa depan sebuah sekolah yang nyaris ditinggalkan.

Sebuah Awal dari Kebangkitan

Di balik cat dinding yang mulai pudar dan meja-meja tua yang berderit, kini ada suara-suara kecil yang akan menghidupkan ruang kelas SDN Karaton 5 kembali.

Enam murid mungkin tak banyak, tapi cukup untuk membuat sebuah sekolah kembali bernyawa.

Dan bagi Tati Patmawati serta guru-guru di sana, itu lebih dari sekadar angka, itu adalah bentuk harapan yang kembali datang, ketika semua tampak nyaris hilang.

***

(TribunTrends/Kompas)