Motifnya, kata polisi, membuat hati kian miris.
Bukan karena cemburu, bukan pula karena konflik panjang—melainkan karena rasa malu.
“Terduga pelaku merasa malu dan tertekan karena korban (istri) memiliki banyak utang dan kerap menjadi bahan pergunjingan, serta mempermalukan nama baik keluarga,” terang Zuharis.
Kini, dua anak yang baru saja kehilangan ibunya harus menerima kenyataan pahit: ayah mereka sendiri adalah pelakunya.
Tragedi ini tidak hanya menyisakan duka, tetapi juga luka sosial yang dalam di tengah masyarakat kecil Dompu—di mana utang, aib, dan tekanan bisa menelan korban jiwa.
(TribunTrends.com/ TribunLombok.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)