“Berdasarkan pengalaman tersebut, maka warga menolak para pengungsi Rohingya untuk mendarat di pesisir Jangka,” terangnya.
Baca juga: Pengungsi Pilu, Hujan di Gaza bak Tambah Derita, Tenda Roboh, Anak-anak Terancam Mati Kedinginan
Penolakan dilakukan agar kawasan mereka tetap aman.
Sementara itu, Faisal selaku perwakilan UNHCR yang berada di lokasi dan menerjemahkan keinginan para pengungsi.
Ia mengatakan ada sekitar 249 jiwa dalam kapal kayu tersebut, termasuk anak-anak dengan tujuan mencari perlindungan.
Saat diminta tanggapan oleh perwakilan UNHCR, Keuchik Mukhtar mewakili masyarakat tetap keberatan untuk menampung para pengungsi di tempat mereka.
“Saya selaku keuchik, terserah pihak pemerintah kabupaten atau provinsi.
Ya silakan bawa ke sana, jadi bapak bisa membantu dan memberi makanan bagi mereka, tapi tidak di sini,” tegasnya.
Berita Lain: Hujan di Gaza bak Tambah Derita, Tenda Roboh, Pengungsi Terancam
Hujan di Gaza bak menambah penderitaan bagi warga Palestina yang hidup di pengungsian.
Bagaimana tidak, hujan membuat tenda-tenda mereka roboh berantakan.
Tak hanya itu, hawa dingin akibat hujan juga menjadi ancaman bagi nyawa anak-anak.
Padahal saat ini, Gaza tengah diterpa wabah diare.
Baca juga: MIRIS Kondisi di Rumah Sakit, RS Al-Shifa di Gaza Terpaksa Makamkan 179 Orang di Kuburan Massal
Kondisi memilukan ini membuat pihak WHO semakin khawatir.
Kita sudah mengalami wabah penyakit diare," ungkap Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Margaret Harris, dilansir Arab News.
Harris mengatakan ada lebih dari 30 ribu kasus diare pada periode di mana WHO biasanya memperkirakan 2.000 kasus.