Aldo menilai, jukir lebih banyak menganggu ketimbang membantu.
Salah satu hal yang menganggu adalah ketika ia sudah membayar namun tidak tahu ke mana uangnya akan pergi.
"Kita enggak tahu ya itu retribusi buat apa, masuk ke siapa.
Pihak minimarket atau tempat apa pun itu, mereka sudah bayar retribusi soal parkir segala macam, jadinya buat apa lagi mereka minta-minta duit begitu," keluh Aldo kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2023).
Contoh lain yang kerap membuatnya sebal adalah tidak adanya kejelasan biaya berapa biaya parkir.
Tak jarang ia menemui jukir-jukir yang menolak ketika diberikan uang Rp 2.000.
"Pernah dikasih uang Rp 5.000 itu yang dikembalikan malah Rp 2.000, tapi waktu dikasih Rp 1.000, mereka ya enggak nolak juga," jelas Aldo.
"Itu di minimarket. Nah kalau di tempat nongkrong, anggap lah lagi di coffee shop, itu sekarang dikasih Rp 2.000 banyak yang nolak.
Mereka maunya Rp 3.000 atau Rp 5.000, padahal tempat nongkrongnya juga enggak gede-gede banget," imbuh dia.
Respon Juru parkir
Kiman (42), salah seorang jukir di salah satu minimarket di Jalan Ki Mangunsangkoro, Bekasi Timur, Kota Bekasi, mengakui bahwa pekerjaannya memang banyak dibenci.
Tanpa diberi tahu pun, ia sudah paham betul bahwa keberadaannya tidak disukai.
"Tahu (dibenci orang). Ya namanya juga orang, yang sinis mah memang sinis," jelas Kiman dikutip TribunTrends.com dari Kompas.com, Kamis, (21/9/2023).
Kebencian itu muncul karena apa yang dilakukan Kiman terlihat mudah.
Dia hanya perlu duduk dan menunggu pelanggan datang. Tak lama kemudian, pelanggan itu keluar.