"Rezekinya ada saja yang dikasih dari Allah. Kadang diberikan Rp 50.000, kadang Rp 100.000.
Saya bukan minta atau mengemis, ya nerima saja. Orang kasih, masa ditolak. 'Pak, ada rezeki', gitu. Alhamdulillah," ujar dia.
Baca juga: Duduk Dapat Uang Curhat Juru Parkir di Bekasi, Sedih Keberadaannya Dibenci Masyarakat: Saya Pendam
Ia tidak menampik mengandalkan orang yang memberikan sedekah kepadanya untuk membayar kontrakan.
"Ngontrak. kalau enggak, ya saya di kampung. Ini karena ada yang kasih, kalau enggak ada, ya saya enggak bisa mengontrak, di kampung saja," ucap Hamid.
Tidak segan, ia mengungkapkan berapa biaya sewa per bulan kontrakannya.
"Rp 800.000, mahal. Ada yang murah di Jagakarsa, tapi jauh," ungkap dia.
Hamid yang sudah lebih 50 tahun menjadi tukang patri ini menegaskan bahwa ia tidak ingin menjadi pengemis.
"Kalau mengemis kan Rp 1.000, Rp 2.000, malu, nanti diusir sama petugas kamtib.
Saya kan bukan mengemis, kalau mengemis, dibawa sama kamtib," kata dia.
Oleh karena itu, Hamid memilih tetap menjadi tukang patri meski pendapatan tidak seberapa dan hanya mengandalkan sedekah dari orang lain.
Kisah Lain: Curhat Juru Parkir, Sedih Keberadaannya Dibenci Masyarakat
Seorang juru parkir curhat saat mengetahui profesinya banyak dibenci orang.
Dia mengakui jika pekerjaannya itu memang mudah, tapi dia berpendapat jika profesi juru parkir adalah hal mulai sebab bisa mencegah aksi kejahatan terjadi.
Selama ini profesi juru parkir memang dibenci masyarakat luas.
Setidaknya hal itu yang dirasakan oleh seorang warga yakni Aldo Simanjuntak (26).
Baca juga: Jukir di Penatapan Berastagi Palak Sopir Bus, Disuruh Bayar Parkir 2 Kali Lipat Karcis Gak Ada Ya