Berita Viral
Keberadaan Mbah Nortaji Usai Dibuang di Pinggir Jalan Probolinggo, Anaknya Tak Mau Lagi Bertemu
Terungkap keberadaan Mbah Nortaji usai dibuang anaknya di pinggir jalan Probolinggo, alasan Musrika buang ibu kandung terkuak.
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Terungkap keberadaan Mbah Nortaji usai dibuang anaknya di pinggir jalan Probolinggo, Mbah Nortaji sedih kini tak dibutuhkan oleh sang anak kandung.
Warga Kabupaten Probolinggo dibuat terpukul oleh beredarnya sebuah video memilukan yang viral di media sosial, rekaman tragis yang menampar nurani dan menggambarkan betapa runtuhnya nilai kasih dalam keluarga.
Dalam video berdurasi dua menit itu, tergambar peristiwa memilukan: seorang ibu lanjut usia, rapuh dan tak berdaya, diperlakukan layaknya beban oleh anaknya sendiri.
Tanpa belas kasih, tubuh renta sang ibu didorong hingga terjerembab di pinggir jalan, nyaris tanpa sehelai kain yang layak menutupi tubuhnya.
Ia hanya ditemani sebilah tongkat dan tanah dingin sebagai alas, seolah dunia pun ikut berpaling darinya. Hatinya barangkali sudah patah, namun tubuhnya masih mencoba bertahan.
Warga yang menyaksikan kejadian itu segera bertindak, menghentikan perlakuan kejam yang sulit dipercaya datang dari seorang anak terhadap ibu kandungnya.
Baca juga: Pemuda Dapat Teman Serumah Jorok, Sampah Tak Pernah Dibuang, Pakai Toilet Tak Pernah Disiram
Belakangan, perempuan tua tersebut diketahui bernama Nortaji, warga Dusun Talang, RT 004 RW 003, Desa Jambangan, Kecamatan Besuk.
Ibu malang ini menjadi korban dari anak kandungnya sendiri, Musrika, yang tidak hanya berlaku kasar, tetapi juga menolak tanggung jawabnya sebagai anak.
Yang paling menyayat hati, dengan nada dingin dan tanpa penyesalan, Musrika bahkan mengaku tak peduli jika suatu hari ibunya meninggal.
Sebuah pengkhianatan atas kasih sayang yang tak terbalas, dan potret luka keluarga yang tak mudah disembuhkan.
Sebelum akhirnya membawa Mbah Nortaji ke Griya Lansia di Malang, Arief Camra, pendiri rumah lansia tersebut, memutuskan untuk menemui sang anak, Musrika, demi membuka kemungkinan rekonsiliasi terakhir antara ibu dan anak.
Pertemuan itu sunyi, namun penuh ketegangan. Dengan nada hati-hati, Arief mencoba menyentuh sisi kemanusiaan Musrika:
"Anaknya Ibu Nortaji?" tanya Arief.
"Heem," jawab Musrika pendek dan tanpa ekspresi, seolah tak ada ikatan batin yang tersisa.
Arief mencoba menggali lebih dalam, berharap masih ada harapan untuk memperbaiki hubungan itu.
"Kenapa nggak mau merawat Ibu Nortaji?" tanyanya lagi.
Musrika hanya menyebut soal luka batin, tanpa penjelasan lebih lanjut. Ucapannya dingin, kaku, seakan ingin menjauh sejauh-jauhnya dari masa lalu:
"Iya anak kandung, nggak ada pak," tuturnya sambil menolak segala bentuk kabar yang berkaitan dengan ibunya.
Mendengar itu, Arief pun menegaskan niatnya:
"Ini saya bawa ke panti, kalau meninggal tidak saya kabari."
Namun, alih-alih menunjukkan sedikit kepedulian, Musrika justru menjawab dengan ketegasan yang membekukan suasana:
"Nggak usah pak, nggak usah dikabari," balasnya dingin.

Arief masih mencoba mengonfirmasi keputusan berat itu, keputusan yang akan memutuskan satu-satunya tali darah yang tersisa.
"Sudah diikhlaskan total ya, nggak menyesal nanti?"
"Nggak," jawab Musrika tanpa jeda, tanpa getar, tanpa air mata.
"Nanti gak bisa bertemu ibu lagi gakpapa ya?"
"Iya gakpapa," katanya, seolah pintu hati telah tertutup rapat, terkunci selamanya.
Dalam percakapan singkat itulah, terlihat jelas: seorang ibu telah benar-benar ditanggalkan oleh darah dagingnya sendiri, bukan karena maut, tapi oleh keengganan dan luka yang belum terselesaikan.
Baca juga: Alasan Anak Buang Mbah Nortaji di Probolinggo, Minta Tak Dikabari Jika Meninggal: Nggak Nyesel
Tak hanya menolak pertemuan di masa depan, Musrika bahkan menegaskan tak perlu diberi kabar saat ibunya berpulang:
"Saya akan bawa ibu Norjati ini ke Malang sampai meninggal," ucap Arief.
"Gak usah dikabarin gakpapa pak," jawab Musrika tanpa ekspresi.
Dengan hati hancur dan tubuh renta, Mbah Nortaji akhirnya dibawa ke Griya Lansia Malang untuk dirawat hingga akhir hayatnya.
Ia ditempatkan di sebuah kamar, jauh dari rumah, jauh dari anak kandung yang seharusnya menjadi tempat berlindung.
Kesaksian Warga: Luka yang Tersisa di Mata Tetangga
Kisah memilukan Mbah Nortaji tidak hanya mengguncang dunia maya, tetapi juga meninggalkan duka mendalam bagi warga sekitar yang menyaksikan tragedi itu secara langsung.
Salah satu dari mereka, Ahmad Fauzi, akhirnya angkat bicara untuk memberi gambaran utuh tentang apa yang terjadi.
"Kejadiannya sudah sebulan yang lalu, tapi baru viral sekarang. Posisi si ibunya ini sudah dibawa petugas ke panti jompo setelah mendapat izin dari pemerintah desa dan anaknya," ujar Fauzi lirih, menahan gejolak emosi.
Menurutnya, video yang kini menyebar luas di media sosial bukanlah hasil sensasi, melainkan bukti nyata penderitaan yang dialami seorang ibu.
Rekaman itu pertama kali diunggah oleh petugas panti jompo yang mendapat laporan dari para tetangga, sesaat setelah kejadian memilukan itu terjadi.
"Yang memviralkan itu petugas dari panti jompo setelah dihubungi oleh salah satu tetangganya, setelah terjadi penganiayaan itu," lanjutnya dengan nada getir.
Namun, yang paling mengiris hati adalah pengakuan sang anak kepada petugas. Tanpa ragu, anak kandung Mbah Nortaji menyampaikan penolakannya secara terang-terangan untuk kembali bertemu dengan ibunya, bahkan bila ajal telah menjemput.
"Sama petugas panti jompo anaknya itu sempat diwawancarai dan terang-terangan bilang sudah tidak mau bertemu lagi, sekalipun ibunya sudah meninggal dunia. Hanya bisa ngelus dada lihatnya," tambah Fauzi, pilu.
Sebuah pengakuan yang bukan hanya membuat warga sekitar mengelus dada, tetapi juga menggugah nurani siapa pun yang masih percaya pada makna keluarga.
Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi kita semua, sebuah pengingat bahwa cinta dan pengorbanan seorang ibu tak layak dibalas dengan kekerasan, apalagi pengabaian.
Karena di balik setiap ibu yang terdiam, tersimpan doa dan harapan yang tak pernah padam, bahkan saat ia ditinggalkan oleh darah dagingnya sendiri.
***
(TribunTrends/TribunSumsel)
Kiai di Bekasi Cabuli Anak Angkat dan Keponakan Sejak SD, Pengakuan Tidak Pernah Dipercaya Keluarga |
![]() |
---|
Viral di Media Sosial, Mengungkap Makna dan Lirik Lengkap "Tepuk Sakinah" |
![]() |
---|
Duduk Perkara Pasutri di Kemang, Gondol 11 Makanan dan 4 Minuman, Dipicu Kelamaan Menunggu |
![]() |
---|
Kepala Sekolah di Pringsewu Bolos Tiga Bulan, Wakil Bupati Geram dan Langsung Sidak |
![]() |
---|
Kisah Kontras Dua Pejabat Pariwisata: Widi Wardhana Air Galon dan Klarifikasi ChatGPT Zita Anjani |
![]() |
---|